Dibuka Kembali Setelah Hancur Lebur Akibat Perang Saudara, Warung Mi Instan Ini Langsung Diserbu Warga Suriah

By Raka, Jumat, 26 Oktober 2018 | 15:45 WIB
Ilustrasi mi instan (Grid)

SajianSedap.id - Popularitas mi instan memang sudah tak diragukan kembali.

Saking populernya, mi instan menjadi santapan wajib masyarakat Indonesia dalam segala waktu, baik sarapan hingga makan malam.

Populernya mi instan ternyata tak cuma dinikmati di Indonesia sendiri.

Baca Juga : Berkaca dari Pelajar yang Meninggal Karena Tiap Malam Makan Mi Instan, Ini 5 Fakta Mi Instan yang Tak Banyak Orang Tahu

Sejumlah negara seperti di benua Afrika menjadikan mi instan sebagai produk unggulan untuk dijual hingga menjadi alat kampanye.

Selain dari sisi rasa, harganya yang terbilang terjangkau membuat mi instan juga menjadi populer di negara yang tengah didera konflik berkepanjangan seperti Suriah.

Salah satu produk mi instan asal Indonesia bahkan menjadi rebutan anak-anak di sana.

Disambut antusias

Perang panjang nan berdarah di Suriah menghancur leburkan sebagian besar infrastruktur dan industri penting di negeri itu. 

Termasuk salah satunya pabrik mi instan khas Indonesia.

Baca Juga : Setiap Malam Selalu Mengonsumsi Mi Instan, Seorang Pelajar Ditemukan Meninggal dengan Kondisi Mengenaskan

Kini, setelah lebih kurang tujuh tahun menghilang, mi instan berlabel Indomie kembali menyapa warga Suriah.

Artikel berlanjut setelah video berikut ini

Di Damaskus, promo gencar mulai dilakukan dan langsung disambut antusias warga

Mereka tampak sudah begitu rindu merasakan mi instan rebus maupun goreng.

Demikian dilukiskan Lion Fikyanto, mahasiswa asal Indonesia yang tengah menimba ilmu di Damaskus, Suriah, Selasa (23/10/2018).

Suasan gerai Indomie di Suriah yang dipadati pengunjung

"Tahun 2014, pabrik Indomie hancur lebur dan stop produksi karena perang berkecamuk," kata Lion Fikyanto yang aktif berbagi fakta tentang Suriah.

Di salah satu sudut kota kuno Damaskus, perusahaan mi membuka stan khusus, dan membagikan mi rebus dalam cup-cup kecil.

Berjubel warga dan anak-anak sekolah mendatangi lapak promo mi instan itu.

"Dulu sebelum perang ada pegawainya warga Indonesia. Namun perang membuat mereka dipulangkan," kata Lion.

Sempat diperdebatkan

Kini, pebisnis lokal kembali menghidupkan industri mi instan.

Meski semua label kemasan ditulis dalam bahasa Arab, namun ciri khas merek Indomie tetap menonjol.

Baca Juga : Ini 15 Negara Di Dunia yang Paling Hobi Makan Mi Instan, Indonesia Termasuk?

Mereka yang familiar dengan merek mi instan ini akan dengan cepat menebak itu produk khas Indonesia.

Kisah Indomie di Suriah menurut Lion Fikyanto juga tak lepas dari kontroversial.

Anak-anak di Suriah tampak mengantri untuk menikmati Indomie

Soal isu halal dan kesehatan pernah viral bahkan sempat menimbulkan kisah lucu.

Antara lain soal mi yang berbalut pengawet lilin dan menggunakan minyak babi.

"Beberapa teman Suriah ada yang ragu, dan bertabayun dengan saya. Tentu sebagai WNI dan penggemar mi instan, saya bicara apa adanya," jelas pemuda asal Lampung ini.

"Saya selalu bilang, saya sudah bertahun-tahun konsumsi mi ini, dan alhamdulillah masih sehat," kata Lion kepada sohib-sohib lokalnya di Damaskus. "Tentu saya ingatkan jangan mengonsumsi berlebihan dalam sehari," sambungnya.

 

"Kata saya kepada mereka, segala sesuatu jika berlebihan muncul mudharatnya. Mereka manggut- manggut," ujar mahasiswa yang sudah tujuh tahun tak pulang ke Indonesia ini.

Lion Fikyanto termasuk salah seorang warga Indonesia yang bertahan di Damaskus selama perang brutal di negeri itu.

Menurut Lion, sejak menghilang pada 2014, Indomie membuat umat penggemarnya begitu merana.

Kondisi yang semakin membaik, warga Suriah bisa dengan lega menikmati mi instan.