"Saya begitu gelisah. Membunuh kami tidak akan mengurangi jumlah antrean, bukan?" kata dokter yang tidak disebutkan namanya itu.
Kekhawatirannya beralasan. Sebab pada Rabu (30/1/2020), dua dokter di Rumah Sakit Keempat Wuhan dilaporkan disiksa oleh salah satu keluarga pasien.
Bahkan berdasarkan laporan harian China Beijing Youth Daily, pakaian pelindung salah satu dokter itu dirobek di area yang terinfeksi.
Dokter itu melanjutkan, emosi publik menjadi labil karena rumah sakit sudah mencapai kapasitas maksimum sejak infeksi virus corona menjadi masif pada awal Januari.
"Banyak yang tidak mendapat tempat tidur. Namun apa yang bisa kami lakukan?" tanyanya seraya menambahkan, tim medis begitu kelelahan.
Sebab mereka bekerja tanpa henti. Bahkan di tengah malam, jam kerja mereka begitu padat. "Kami dikelilingi pasien yang terus batuk di samping kami," ungkapnya.
Pada Sabtu waktu setempat, pemerintah pusat mengumumkan bahwa virus yang berasal dari Pasar Seafood Huanan, Wuhan, itu sudah membunuh 259 orang.
Kemudian hampir 12.000 orang terinfeksi, membuat patogen dengan kode 2019-nCov itu melampaui catatan wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003.
Di Kamis (30/1/2020), Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status darurat karena menyoroti kemungkinan virus itu menjangkiti negara dengan sistem kesehatan lemah.
Beijing menyatakan, mereka mengerahkan lebih dari 6.000 tim medis untuk membantu kolega mereka yang kelelahan, baik di Wuhan dan Provinsi Hubei.
Source | : | Intisari.grid.id |
Penulis | : | Raka |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR