Namun, meski 500.000 dokter dan perawat di Hubei memutuskan membatalkan libur Tahun Baru Imlek, kemampuan fasilitas medis sudah mencapai batasnya.
Dokter militer yang dikirimkan memang memberikan bantuan penting. Namun seorang sumber mengatakan, mereka masih kekurangan tenaga.
Dia menuturkan, mereka harus membagi waktu antara menjalani pemeriksaan bagi terduga pengidap dan merawat pasien positif.
"Namun dengan kehadiran kami (dokter militer) di sini, setidaknya rekan-rekan di Wuhan bisa istirahat dan tidur 1-2 jam," ujar sumber tersebut.
Belum lagi tantangan lain seperti kekurangan sejumlah peralatan penting, meski mereka sudah mendapat bantuan tambahan.
Dokter di Rumah Sakit Tongji mengungkapkan, dia harus mengenakan pakaian hazmat yang sama selama 10 jam karena mereka mengalami kekurangan.
Dia menjelaskan, pakaian pelindung tersebut harus diganti setiap kali mereka masuk ke dalam zona infeksi virus corona.
"Saya mengenakan popok dewasa dan minum sedikit air selama jam jaga, sehingga saya tidak perlu ke toilet. Hal yang sama juga dirasakan teman-teman lain," paparnya.
Koran Wuhan, Yangtze Daily, melaporkan pada pekan lalu bahwa kota itu menerima 10.000 pak pakaian pelindung, 800.000 masker pernapasan N95.
Kemudian 5 juta masker sekali pakai, hingga 4.200 pasang goggle. "Pada dasarnya, persediaan telah tercukupi, dan kekurangan teratasi," ulas harian itu.
Namun dokter di Tongji itu mengaku ragu-ragu. Sebab, mereka sudah mempunyai pengalaman mengenai kualitas bantuan peralatan yang dikirimkan.
Source | : | Intisari.grid.id |
Penulis | : | Raka |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR