SajianSedap.com - Harga minyak masih tidak stabil.
Ketersediaannya di pasaran juga masih belum terjamin seperti dulu.
Karena itu, banyak ibu-ibu yang sakit kepala karena Indonesia termasuk pengguna minyak no 1 di dunia.
Nah, salah satu cara menyiasatinya adalah dengan menggunakan minyak goreng berulang kali.
Tapi tenang, ternyata dengan trik ini minyak goreng bisa tidak berbahaya walau dipakai berulang kali.
Para ibu harus catat!
1. Jangan Dimasak Dalam Api Sangat Besar
Suhu api penting diatur, tidak hanya untuk minyak, tapi juga untuk hasil masakan.
Api yang terlalu besar membuat minyak goreng cepat panas.
Baca Juga: Kaum Menteng, Lesser-Known Traditional Foods From Rural Indonesia Get Spotlight They Deserve
Nah, panas itulah yang membuat minyak cepat berubah cokelat dan kalau digunakan terus menerus, akan jadi hitam.
Selain itu, panas yang sangat tinggi ini justru akan mengumbah kandungan dalam minyak seketika, salah satunya adalah lemak.
Jadi, kalau sudah digunakan untuk memasak dalam suhu sangat tinggi, minyak sebaiknya tidak lagi kita simpan, ya.
Peneliti dari Universidad de Costa Rica, Kosta Rika, Edmond K. Kabagambe, dalam The Journal of Nutrition (2005), mengungkap pada minyak sawit, terdapat sekitar 45,5 persen asam lemak jenuh yang didominasi oleh asam lemak palmitat dan sekitar 54,1 persen asam lemak tak jenuh yang didominasi oleh asam lemak oleat.
Sedangkan pada minyak jelantah, angka asam lemak jenuh jauh lebih tinggi daripada angka asam lemak tidak jenuhnya akibat reaksi hidrolisis dan oksidasi selama pemanasan saat digunakan untuk menggoreng.
Asam lemak jenuh sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu berbagai penyakit penyebab kematian, seperti penyakit jantung dan stroke.
2. Tidak Boleh Digunakan Lebih dari 3 Kali
Minyak goreng maksimal digunakan sampai 3 kali saja.
Pemakaian minyak jelantah sampai tiga kali masih dapat ditoleransi dan dianggap baik, atau tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.
Pada proses penggorengan pertama, minyak memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi.
Kadar asam lemak tidak jenuhnya akan semakin menurun dengan semakin seringnya minyak goreng dipakai secara berulang, sedangkan kadar asam lemak jenuhnya meningkat.
Minyak goreng yang digunakan lebih dari empat kali akan mengalami proses oksidasi.
Proses oksidasi tersebut akan membentuk gugus peroksida dan monomer siklik.
Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan gugus peroksida dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadiya kanker kolon.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Selain itu, penggunaan minyak jelantah dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan dan diare.
3. Harus Tahu Kapan Harus Membuang Minyak
Kita pun harus peka dan tahu kapan minyak goreng harus dibuang.
Minyak goreng yang berubah warna lebih baik segera dibuang, meski baru sekali pakai.
Minyak goreng yang berubah warna adalah salah satu tanda minyak mulai mengalami kerusakan atau oksidasi.
Selain berubah warna menjadi tak lagi bening, tanda-tanda lainnya adalah ada serpihan hangus di dalam minyak.
Serpihan hangus ini ada lantaran minyak goreng terlalu sering dipanaskan.
Dilansir dari sumber berbeda, minyak yang tidak layak digunakan lagi mengeluarkan bau tengik.
Jadi sebelum masak, ada baiknya Saselovers mencium minyak goreng terlebih dahulu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana Minyak Jelantah Bisa Sebabkan Kanker dan Penyakit Jantung?"
Trik Menghilangkan Henna di Kulit Lebih Cepat, Gosok dengan 1 Bahan di Dapur Ini
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR