Angina khas infark atau serangan jantung ditandai dengan nyeri dada hebat disertai keluarnya keringat dingin dan berlangsung terus menerus hingga lebih dari 20 menit, bahkan nyeri bisa menyebar ke bahu, leher, rahang atau lengan.
Selain nyeri dada, penyakit jantung koroner juga dapat menimbulkan keluhan seperti terasa tertekan benda berat atau sesak bila beraktivitas.
Keluhan ini terjadi terutama pada penderita diabetes melitus dan usia lanjut di mana sudah muncul neuropati atau gangguan fungsi pada sistem saraf, termasuk yang memberi sensasi rasa sakit.
Adapun gejala potensi jantung lain yang wajib diketahui bisa berupa sesak dan cepat lelah bila beraktivitas, gangguan irama jantung, syncope (pingsan) dan berbagai gejala lainnya.
Bambang menjelaskan, nyeri pada lambung bisa menjadi salah satu tanda dari angina dan bisa disertai muntah atau mual.
Terutama jika terjadinya sumbatan pada pembuluh darah arteri koroner kanan sehingga sering terjadi misdiagnosis karena dianggap sakit maag.
Sebaliknya, keluhan lain dari nyeri ulu hati yang khas karena sakit maag atau GERD adalah disertai dengan rasa terbakar di sekitar dada (heart burn) akibat adanya regurgitasi asam lambung (makanan yang ditelan namun kembali ke kerongkongan atau mulut).
Sakit maag juga bisa disertai dengan gejala seperti sering sendawa, kembung dan nyeri ulu hati jika terlambat makan.
Namun, untuk memperkuat dugaan ada atau tidaknya penyempitan pembuluh darah koroner, pasien sebaiknya melakukan pemeriksaan penunjang, seperti rekaman jantung, treadmill test atau ekokardiografi.
Gejala nyeri dada pada gangguan maag terjadi akibat produksi asam lambung berlebihan, dan peradangan pada bagian kerongkongan (esophagitis) akibat regurgitasi asam lambung.
Selain itu, nyeri dada asam lambung juga bisa timbul akibat iritasi atau luka pada mukosa (lapisan kulit dalam) lambung atau duodenum, bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong.
Baca Juga: Sering Tak Disadari, Kenali Ciri-ciri Penyakit Jantung di Usia Muda yang Tampak Sehari-hari
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR