Sajiansedap.com - Apakah anda punya tanaman di rumah?
Pasti ingin selalu tampak subur.
Menyiram tanaman adalah salah satu solusi agar tanaman awet dan tidak cepat layu.
Tapi kadang, kita suka salah dalam menyiramnya.
Ada cairan yang ternyata jadi larangan keras loh.
Cairan tersebut adalah air gula.
Bukan jadi tambah subur, malah makin berbahaya.
Dikutip dari The Spruce, Rabu (21/9/2022), air gula yang digunakan untuk menyiram tanaman adalah kombinasi dari air keran dan gula untuk digunakan sebagai makanan nabati.
Gula biasanya ditambahkan ke air panas atau mendidih agar mudah larut.
Berikut ini ulasan lengkap yang harus anda tahu.
Jangan sampai anda menyesal.
Baca Juga: Biang Keladi, An Indonesian Restaurant with Warteg Vibe Located at Pacific Place
Bahaya Menyiram Tanaman Dengan Air Gula
Mulai sekarang, jangan pernah lagi menyiram tanaman dengan air gula ya.
Dalam proses fotosintesis, tanaman menggunakan energi, air, dan karbon dioksida untuk menghasilkan gula dan pati.
Gagasan memberi air gula ke tanaman didasarkan pada asumsi bahwa gula menyediakan karbohidrat tambahan yang diambil tanaman dengan akarnya.
Teorinya adalah bahwa gula meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Ada beberapa alasan mengapa air gula sebagai nutrisi nabati untuk tanaman tidak berfungsi.
Tanaman tidak memiliki sistem pencernaan yang memetabolisme gula seperti manusia.
Terlebih lagi, gula yang dihasilkan tanaman adalah glukosa dan monosakarida, sedangkan gula dari toko kelontong yang kita konsumsi adalah polisakarida, gula yang lebih kompleks terdiri dari rantai monosakarida dan tidak mudah dipecah.
Akar tanaman tidak hanya tidak dapat menyerap gula, memberi gula yang larut dalam air bahkan menghalangi akar untuk menyerap air.
Tanaman yang tidak mendapat air akan layu dan akhirnya mati.
Tanaman melakukan fotosintesis sendiri, mengatur sendiri jumlah gula yang dihasilkan untuk tumbuh.
Kebutuhan gula tanaman bervariasi tergantung pada tahap kehidupan.
Baca Juga: Cara Menyuburkan Tanaman Cabai dengan Garam, Bisa Hemat Pupuk dan Air
Tanaman transisi dari tahap pembibitan ke tanaman dewasa biasanya membutuhkan lebih banyak gula daripada tanaman dewasa.
Tidak ada tambahan gula yang dapat diberikan untuk membantu proses ini
Selain itu, tanah yang jenuh dengan larutan gula dapat menarik mikroorganisme berbahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tanaman.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa memberi air gula ke tanaman kondusif untuk kesehatan tanaman, sebaliknya dapat membahayakan tanaman dan bahkan membuat tanaman mati.
Efek merugikan dari air gula juga berlaku untuk mencoba menghidupkan kembali tanaman yang mengalami kejutan transplantasi.
Ketika tanaman terlihat layu setelah transplantasi, itu terjadi karena dua alasan.
Entah daunnya terbakar karena terlalu banyak sinar matahari terlalu cepat karena tidak mengeras dengan benar, dan akibatnya mereka tidak dapat melakukan fotosintesis.
Atau, akar rusak selama transplantasi dan tidak dapat mengambil air dan nutrisi yang cukup.
Air gula tidak membantu tanaman dengan kejutan transplantasi, dan itu bisa memperburuknya.
Seringkali, tanaman pulih dengan sendirinya.
Siram tanaman dengan air dan lindungi dari terlalu banyak sinar matahari untuk mencegah lebih banyak daun hangus.
Baca Juga: Tips Anti Ribet Bersihkan Kuas dan Spons Make Up, Tengok Bahayanya Kalau Jarang Dicuci!
Pengecualian penggunaan air gula untuk tanaman
Satu-satunya pengecualian di mana menggunakan air gula masuk akal adalah menambahkannya ke bunga potong untuk mencegahnya layu.
Itu sebabnya toko bunga sering memberi Anda sebungkus kecil nutrisi nabati berbasis gula untuk ditambahkan ke vas.
Tidak seperti akar tanaman, batang bunga potong dapat menyerap gula, yang menghidupkan kembali karbohidratnya.
Gula mengirimkan bunga sinyal palsu bahwa tanaman itu hidup dan sehat dan harus terus mekar.
Efek ini hanya bersifat sementara dan akhirnya bunga mati.
Baca Juga: Resep Bekal Liburan : Resep Ramen Carbonara, Variasi Ramen Dengan Rasa yang Begitu Creamy
Artikel telah ditayangkan di kompas dengan judul, Jangan Menyiram Tanaman dengan Air Gula, Mengapa?
Source | : | kompas |
Penulis | : | Marcel Mariana |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR