SajianSedap.com - Ternyata daging ayam tidak boleh dicairkan dengan cara direndam air.
Nah, siapa yang sering mencairkan daging ayam dengan direndam air ?
Kalau Anda salah satunya, Anda ternyata membuat kesalahan besar.
Soalnya, proses perendaman ini bikin banyak hal buruk terjadi pada daging ayam yang akhirnya kita dan keluarga konsumsi.
Efeknya bisa sampai menyebabkan penyakit, lo.
Makanya, stop mencairkan daging ayam dengan cara direndam air mulai sekarang, ya.
Masih banyak yang keliru dalam mencairkan daging ayam.
Ada yang mendiamkannya di suhu ruang semalaman sampai merendamnya di dalam air.
Padahal kedua cara di atas salah besar, lo!
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, daging ayam tidak boleh didiamkan lama dalam suhu ruang karena bakteri akan berkembang biak dengan sangat cepat.
Baca Juga: Resep Bakpao Ayam Renyah, Modifikasi Bakpao yang Bakal Jadi Bekal Kesukaan Si Kecil
Yang lebih parah, daging ayam tidak boleh direndam air sama sekali karena air adalah makanan bakteri di dalam daging ayam.
Akibatnya, bakteri di dalam daging ayam langsung berlipat ganda.
Padahal, ada bakteri salmonella yang dikenal sangat berbahaya dalam ayam.
Bakteri ini bisa saja menyebar di tempat cuci piring atau baskom perendaman ayam.
Nah, kalau sampai bersentuhan dengan piring dan termakan keluarga misalnya, bisa-bisa tubuh langsung terkontaminasi penyakit, lo.
Salmonella adalah salah satu penyebab tifus paling utama dan banyak sakit laainnya.
Makanya, mari kita belajar cara mencairkan ayam dengan benar.
Pertama, keluarkan daging ayam dari freezer semalam sebelum diolah.
Kemudian, selanjutnya pindahkan ke chiller atau kulkas.
Dengan begitu, keesokan paginya kita sudah punya daging ayam segar yang tetap dingin dan bisa langsung diolah.
Baca Juga: Cara Masak Ayam Goreng Tepung yang Renyah dan Juicy, Ternyata Wajib Direndam Susu Sebelum Dimasak
Cara ini juga digunakan untuk mencairkan daging ayam, daging sapi, ikan, dan daging hewani lainnya.
Apa itu Salmonella Dikutip dari laman Kementerian Pertanian, Salmonella Non-Thypoid atau Non typhoid Salmonella (NTS) adalah bakteri paling umum penyebab penyakit bawaan makanan.
NTS adalah bakteri patogen penyebab gastroenteritis pada manusia yang ditularkan melalui hewan dan produk hewan terkontaminasi.
Gastroenteritis akibat NTS tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika, namun kondisi ini dapat berakibat fatal jika terjadi komplikasi pasca-infeksi.
Kontaminasi NTS banyak ditemukan pada produk hewani, seperti telur, daging ayam, susu mentah, dan produk hewani lainnya.
Demikian dikatakan pula oleh dokter spesialis anak Mayapada Hospital dr. Kurniawan Satria Denta, Sp.A.
"Biasa di bahan mentah seperti telur, daging sapi, ayam, dan lain-lain. Kontaminannya juga bisa masuk ke makanan-makanan olahan," kata dr. Denta kepada Kompas.com, Selasa (12/4/2022).
Pengendalian infeksi NTS sulit dilakukan karena Salmonella toleran terhadap tekanan lingkungan, penyebarannya sangat luas, resisten terhadap beberapa jenis antibiotik dan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi.
Lalu apa efek yang akan terjadi pada anak yang mengonsumsi makanan yang mengandung Salmonella?
Dokter Denta menyebut, hal itu akan melahirkan infeksi Salmonella yang bisa berdampak pada kondisi kesehatan anak.
"Infeksi Salmonella, merusak usus," ujar dia.
Baca Juga: Resep Ayam Katsu Buncis, Menu Serba Ayam Favorit Ini Tak Sampai Satu Jam Membuatnya!
Terlebih, jika infeksi ini terjadi pada anak yang belum memiliki daya tahan tubuh yang kuat akan mendatangkan sejumlah gangguan pencernaan.
Dilansir dari NCBI, anak-anak merupakan kelompok orang yang rentan mengalami dampak dari infeksi bakteri yang satu ini.
Penyakit akibat infeksi Salmonella Salmonella non-tifoid diketahui juga menjadi penyebab utama penyakit diare menular di seluruh dunia dan dapat menyebabkan penyakit invasif, seperti bakteremia, meningitis, dan osteomielitis. Salmonellosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri salmonella.
Penyakit ini berupa flu perut yang memiliki gejala, seperti mual, muntah, sakit perut, diare, demam, badan panas dingin, sakit kepala, sampai ada darah dalam tinja, dikutip dari Kompas.com.
Tanda dan gejala salmonellosis biasanya berlangsung 2-7 hari.
Khusus diare, gejalanya bisa sampai 10 hari.
Sedangkan usus baru normal setelah beberapa bulan sembuh dari infeksi.
Selain itu, penyakit tipes atau demam tifoid, disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi.
Seseorang yang terkena tipes umumnya bergejala, seperti demam tinggi, sakit perut, badan lemas, sakit kepala, diare, sembelit, batuk, tidak nafsu makan, dan bintik-bintik kemerahan.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR