SajianSedap.com - Karena gampang retak, banyak orang menyepelekan telur retak begitu saja.
Dipikirnya telur retak masih aman dikonsumsi.
Padahal telur retak ternyata menyimpan bahaya, lo.
Ya, ada bakteri dalam telur retak yang bisa jadi malapetaka.
Bahkan, bakteri ini juga yang menyebabkan satu keluarga keracunan telur hingga 1 orang tewas.
Anda yang selama ini acuh tak acuh, harus waspada pada bahaya makan telur retak ini.
Sebab selain murah dan mudah didapat, telur juga cukup bergizi dengan banyak kandungan gizinya. Sehingga tentu tak kalah menyehatkan dengan lauk hewani lainnya.
Selain kandungan proteinnya yang tinggi, telur juga mengandung vitamin A, D, E, K, B2, B5, B12, B6, asam folat, kalsium, selenium, dan masih banyak lagi.
Namun kandungan ini bisa tak berarti sama sekali ketika telur sudah tak aman dikonsumsi karena beberapa faktor.
Telur yang aman dikonsumsi sendiri umumnya memiliki cangkang mulus tanpa ada retakan sama sekali.
Sementara kondisi cangkang telur yang retak masih kerap dipertanyakan keamanan konsumsinya.
Dikutip dari Our Everyday Live, telur retak bisa jadi aman dikonsumsi atau justru sebaliknya, berbahaya bagi tubuh.
Aman atau tidaknya mengonsumsi telur retak dapat dilihat dari kapan retakan pada telur itu terjadi.
Jika telur sudah retak saat masih di toko bahan makanan, sebaiknya hindari membeli dan mengonsumsi telur tersebut.
Sebab tidak ada yang bisa memastikan berapa lama telur sudah retak dan dibiarkan di rak penjualan.
Bakteri akan masuk ke dalam putih atau kuning telur melalui retakan pada cangkangnya, seperti dikutip Better Homes & Gardens.
Peneliti asal Taiwan menemukan bahwa salmonela kemungkinan besar ditemukan dalam telur retak.
Dikutip dari laman Food and Drug Administration, kebanyakan orang yang terinfeksi salmonela akan mengalami diare, demam, kram perut, dan muntah selama 12-72 jam setelah terinfeksi.
Bahkan, bakteri penyebab keracunan makanan ini dapat menyebabkan kematian jika tersebar dari usus ke aliran darah dan tidak segera diobati dengan antibiotik.
Seperti yang pernah terjadi pada keluarga pasangan suami istri, Suyitno (45) dan Surati (40), warga Desa Kiyoten, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, yang mengalami keracunan telur pada tahun 2014 silam.
Sekeluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan tiga orang anaknya mengalami keracunan seusai mengonsumsi telur rebus.
Telur itu dibeli dengan harga murah, yakni Rp 6.000 per 10 biji di Pasar Desa Bug Duwur, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.
Ironisnya, salah seorang dari anak pasangan suami istri ini, yakni M Agung Widodo (13) akhirnya meninggal.
Diduga, siswa kelas 7 salah satu SMP Negeri di Kabupaten Ngawi ini mengalami dehidrasi sejak mengalami keracunan telur rebus itu.
Sementara itu, berbeda dengan telur retak di supermarket, telur yang tidak sengaja retak bahkan pecah di rumah, masih aman dikonsumsi.
Namun, telur retak memerlukan penyimpanan dan pengolahan khusus daripada telur yang masih utuh.
Cara menyimpan telur segar tidak bisa asal ditaruh begitu saja di kulkas.
Telur retak harus dimasukkan ke dalam wadah bersih dan kedap udara.
Selanjutnya, wadah berisi telur retak bisa disimpan di kulkas dan tahan hingga dua hari ke depan.
Jika ingin mengolah telur retak ini, kamu harus memastikan telur dimasak hingga matang untuk mematikan bakteri di dalamnya.
Suhu matang setiap olahan telur berbeda. Khusus omelet, telur rebus, dan frittata, telur bisa dimasak hingga mencapai suhu 71 derajat celsius.
Sementara telur dadar harus dimasak sampai dengan suhu 62-65 derajat celsius, serta telur orak-arik harus dimasak hingga mencapai suhu 62-70 derajat celsius.
Baca Juga: Resep Omelet Sayur, Menu Sarapan Serba Telur Praktis Dan Enak yang Menarik Untuk Disantap
Selain itu, telur juga bisa menjadi sumber keracunan makanan jika dikonsumsi mentah atau setengah matang.
Menurut ahli diet Beth czerwony, mengonsumsi telur mentah bisa menimbulkan infeksi bakteri salmonella.
"Satu dari 20,000 telur mengandung salmonella. Karena itu, sebaiknya kita tidak memakan telur secara mentah," ucap dia.
Infeksi salmonella bisa memicu diare, kram perut, mual, muntah, dan dehidrasi.
"Anda benar-benar bisa memiliki beberapa masalah kesehatan yang parah," tambahnya.
Infeksi salmonella bisa menyerang siapa saja. Namun, hal ini rentan terjadi pada orang dengan sistem kekebalan lemah (seperti kanker, HIV atau AIDS) atau penyakit radang usus (seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn).
Selain telur, infeksi salmonella bisa datang dari makanan yang tidak dicuci, daging mentah, dan makanan kemasan.
Jadi pastikan untuk membeli telur yang aman dikonsumsi dan mengolahnya dengan benar.
Infeksi bakteri pada telur ini bisa menimbulkan masalah serius yang tak boleh dianggap remeh.
Dikutip dari Today.com, ada beberapa ciri telur mentah yang tidak lagi segar.
Semuanya bisa dilihat dengan beberapa cara.
Baca Juga: Resep Ikan Goreng Telur Asin Ala Restoran Chinese Food Enak Ini Siap Disantap Dalam Waktu 30 Menit!
Jadi lain kali setelah memecahkan telur, pastikan Anda mengecek beberapa hal ini, ya.
Menurut Emily Rubin RD, LDN di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi Universitas Thomas Jefferson, menggunakan indra penciuman adalah cara paling baik untuk memeriksa apakah telur masih segar.
Dia merekomendasikan untuk mencium setiap telur segera setelah memecahkannya dan sebelum menggunakannya.
Telur busuk akan memiliki "bau busuk yang jelas".
"Kemungkinan besar baunya masih ada saat telur dimasak," kata Rubin kepada TODAY Food.
Meskipun sudah menjadi rahasia umum di dapur bahwa telur segar tenggelam dan tergeletak miring, telur yang berdiri tegak atau mengapung tidak selalu buruk - mereka hanya lebih tua.
Seiring bertambahnya usia telur, diyakini bahwa mereka kehilangan kelembapan melalui cangkangnya yang berpori, dan jumlah udara yang dikandungnya di dalamnya meningkat, membuatnya mengapung.
Jika telur Anda mengapung, sebaiknya pecahkan dan cium baunya untuk menentukan apakah masih bagus.
Sama seperti Anda dapat mengocok bola lampu untuk mendengar jika filamennya putus, beberapa orang mengatakan Anda juga dapat mengocok telur untuk mengetahui apakah telurnya rusak.
Teorinya adalah, saat dikocok, telur segar tidak akan mengeluarkan suara.
Sedangkan telur yang tidak segar akan berbunyi seperti cairan di dalamnya tumpah.
Baca Juga: Trik Merebus Telur Supaya Tidak Retak dan Pecah, Cuma Cemplungkan Bumbu Dapur Ini saat Direbus
Suara ini menandakan kuning telur dan/atau albumen (putih telur) kurang keras.
Namun, perlu dicatat bahwa metode ini dipertanyakan oleh para ahli seperti Don Schaffner, PhD, seorang ilmuwan makanan di Universitas Rutgers, yang mengatakan kepada SafeBee, "tes suara ini tidak memiliki kredibilitas."
Tentu saja, cara terbaik untuk mengetahui apakah bagian dalam telur kurang segar adalah dengan melihatnya.
Pecahkan telur ke dalam mangkuk atau wajan dan, jika bagian putihnya menyebar banyak, biasanya itu adalah telur yang lebih tua.
Tetap saja, tua tidak selalu berarti buruk.
Seperti yang dikatakan Rubin, yang terbaik adalah menciumnya untuk menentukannya.
Warna kuning telurnya juga belum tentu menunjukkan kesegarannya; sebaliknya, warna kuning telur mengisyaratkan pola makan ayam yang bertelur.
Kuning telur ayam yang diberi makan jagung atau gandum akan lebih ringan daripada kuning telur ayam yang diberi makan tanaman dengan lebih banyak pigmen kuning dan oranye.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR