Warna bubur merah putih menjadi representasi perempuan dan laki-laki dalam kehidupan.
Selain itu, bubur merah putih juga bisa diartikan sebagai simbol kehidupan baru.
Memasak bubur merah putih tidak sembarangan, nih.
Ada beberapa ritual khusus yang harus dilakukan saat membuat bubur merah putih.
Salah satu aturan yang harus diikuti saat membuat bubur merah putih adalah pembuat bubur merah putih tidak boleh dalam keadaan datang bulan.
"Ini mitosnya ya. Tapi kemudian fakta di balik itu adalah masalah kebersihan. Faktanya biar bisa fokus memasak dan kebersihannya terjaga," jelas Heri.
Dalam penyajiannya bubur merah putih dihidangkan bersama beberapa pendamping sajen lain, seperti rokok kretek, uang koin, dan ayam ingkung.
Semua pendamping tersebut disebut juga sebagai pengantar doa.
Bubur merah putih dan beberapa pendampingnya diletakkan dalam takir yang merupakan wadah yang terbuat dari daun pisang.
Sajian ini biasa disajikan saat syukuran kelahiran bayi.
Nah unik bukan Sase Lovers?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sejarah Bubur Merah Putih dalam Tradisi Masyarakat Jawa.
KOMENTAR