SajianSedap.com - Apakah Anda pernah mendengar istilah teningan.
Bagi masyarakat Jawa, tenongan tentu bukan hal yang asing.
Tenongan merupakan istilah yang digunakan untuk penjual jajanan pasar.
Beberapa tahun silam, tenongan identik dengan ibu-ibu yang menjual jajanan pasar dengan cara berkeliling.
Dulu alat yang digunakan adalah tumbu.
Namun seiring dengan berkembangan zaman, alat yang digunakan berubah menjadi plastik.
Melansir situs resmi Pemkot Solo, Minggu (25/9/2022), tenongan merupakan sebutan untuk jenis pedagang makanan keliling yang menggunakan tenong sebagai tempat dagangannya.
Tenong sendiri adalah wadah yang terdiri dari tiga susun berbentuk bulat berpenutup, besar dan terbuat dari bambu.
Tak heran jika penjual tenongan biasanya membawa wadah yang cukup tinggi untuk membawa dangan.
Usut punya usut, ternyata asla usul tenongan ini cukup unik.
Mengutip dari laman Kementerian Luar Negeri, konon,penjual tenongan muncul pada era kolonial Belanda.
Dimulai oleh pedagang Tiong Hoa yang menjajakan bakpau.
Lambat laun ragam snoepen pun berkembang.
Dalam bahasa Belanda, snoepen adalah kudapan teman minum teh atau kopi.
Penjual tenongan ini satu rumpun dengan penjual bakso, es potong, mie ayam.
Mereka sama-sama berjualan dengan berjalan kaki, meskipun menggunakan gerobak dorong yang sedikit berbeda.
Penjual tenongan ini tanpa modal.
Mereka mengambil barang dari keluarga Tionghoa sebagai produsen dengan sistem kepercayaan.
Kemudian mereka mengedarkan dan hasil penjualan ini nantinya dibayarkan setelah mereka ambil untung.
Saat ini pedagang tenongan yang berkeliling mungkin sudah jarang ditemui atau bahkan tidak ada.
Sebagai gantinya, mereka berdagang dengan membuka stand di pinggir jalan.
Ada berbagai macam jajanan pasar yang bisa kita jumpai di tenongan.
Nah bagaimana pengalaman Sase Lovers membeli jajanan tenongan?
Apakah Anda masih menemukan penjual tenongan yang berkeliling?
Baca Juga: Fakta Menarik Bebek Songkem, Kuliner Khas Madura yang Punya Makna Unik
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR