SajianSedap.com - Kita sudah sering makanan atau buah-buahan dalam bentuk kaleng.
Seperti sarden, tuna kaleng, leci kaleng dan lain sebagainya.
Makanan kaleng suka jadi pilihan karena praktis untuk disediakan karena tinggal kita panaskan dengan dimasak ulang atau microwave.
Tak hanya itu, makanan dalam kaleng ini juga tahan lama, mudah disimpan dan bisa dipadukan dalam berbagai sajian makanan.
Karena hal tersebutlah, ada beberapa orang yang jadi keseringan makan-makanan kalengan, nih.
Apakah Anda salah satu di antaranya?
Kalau ya, mending kurangi dari sekarang, deh.
Karena ternyata ada beberapa bahan bahaya kalau keseringan makan makanan yang dibungkus kaleng.
Melansir dari Kompas.com, makanan kaleng adalah bahan pangan dalam wadah yang terbuat dari kaleng kedap udara.
Metode preservasi makanan ini dikembangkan pada akhir abad ke-18.
Tujuannya adalah mengawetkan bahan makanan bagi para tentara atau pelaut di medan perang.
Seperti apa proses pengawetan untuk makanan kaleng?
Pada dasarnya, ada tiga langkah yang dilakukan dalam proses pengalengan makanan.
Mari simak penjelasan di bawah ini:
- Bahan pangan diproses terlebih dahulu. Misalnya, mengupas kulit, membuang biji, dan memotong buah, membuang duri pada daging ikan, serta memotong-motong atau menggiling daging merah.
- Bahan makanan ini juga bisa dibumbui dan dimasak dulu, seperti ikan sarden. Bahan makanan yang sudah diproses akan dimasukkan ke dalam kaleng dan disegel agar kedap udara.
- Kaleng lalu dipanaskan untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam bahan makanan. Dengan ini, pembusukan makanan bisa dicegah.
Melalui proses pengalengan tersebut, produk makanan tahan disimpan selama satu hingga lima tahun, dan tetap aman dikonsumsi.
Beberapa jenis bahan pangan yang sering dijadikan makanan kaleng meliputi buah, sayur, kacang-kacangan, daging, dan ikan.
Tetapi ada juga sejumlah risiko mengonsumsi makanan kaleng yang perlu kita pertimbangkan.
Apa sajakah itu?
Baca Juga: Jangan Salah Beli Makanan Kalengan, Begini Tips Membeli Makanan Kaleng yang Aman
BPA atau Bisphenol-A merupakan zat kimia yang umum digunakan dalam produksi kemasan makanan.
Contohnya, plastik dan kaleng.
Beberapa penelitian menemukan bahwa ada risiko BPA yang terkandung dalam kaleng akan menempel alias mencemari makanan yang disimpan dalam kaleng tersebut.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menganalisis puluhan produk makanan kaleng, dan menemukan bahwa sekitar 90 persen produk-produk tersebut mengandung BPA.
Dengan ini, orang yang mengonsumsinya otomatis akan terpapar BPA.
Berdasarkan riset lainnya, orang yang mengonsumsi makanan kaleng setiap hari mengalami peningkatan jumlah BPA dalam urinenya.
Hasil penelitian mengenai dampak BPA bagi tubuh sendiri sebetulnya masih belum pasti.
Namun cukup banyak studi yang menemukan kaitan antara paparan BPA dengan masalah kesehatan.
Mulai dari sakit jantung, diabetes, dan disfungsi seksual pada laki-laki.
Kejadian produk makanan kaleng yang rusak atau busuk sebelum dibuka memang jarang, tetapi bukan tidak mungkin.
Kerusakan produk makanan kaleng biasanya disebabkan pertumbuhan bakteri.
Kondisi ini bisa terjadi akibat adanya kebocoran pada kaleng atau proses pengawetan yang kurang sempurna.
Meski kejadiannya amat jarang, makanan kaleng yang dengan proses pengawetan yang kurang sempurna mungkin saja mengandung bakteri berbahaya jenis Clostridium botulinum.
Mengonsumsi makanan kaleng yang mengandung bakteri tersebut dapat menimbulkan kondisi botulisme, yaitu keracunan yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian jika tidak segera ditangani.
Sebagian besar kasus botulisme dikatakan terjadi karena mengonsumsi makanan kaleng yang diproduksi oleh industri rumahan.
Beberapa hal di bawah ini perlu kita cermati apabila ingin menikmati makanan kaleng supaya tidak berdampak negatif pada kesehatan:
- Jangan terlalu sering mengonsumsi makanan kaleng.
- Memadukan makanan kaleng dengan makanan segar, misalnya menambah potongan sayuran saat memanaskan makanan kalengan.
- Memerhatikan kondisi kaleng saat membeli produk.
Pilihlah kaleng dengan bentuk yang masih sempurna dan tidak penyok.
- Mencermati kandungan atau komposisi pada label makanan kaleng.
- Memerhatikan tanggal kedaluwarsa.
Jangan sampai lalai dan membeli produk yang sudah melewati batas tanggal ini.
- Menyimpan produk sesuai petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasan.
Menikmati makanan kaleng sesekali tidak masalah.
Pasalnya, sebagian penelitian menyebut bahwa nutrisi dalam makanan yang diawetkan ini tetap terjaga dengan baik.
Namun harap diingat bahwa semua yang berlebihan tidaklah baik, termasuk makanan kaleng.
Karena itu, lebih cermatlah dalam membatasi frekuensi konsumsinya serta memerhatikan kandungan, bentuk, penyimpanan, maupun tanggal kedaluwarsa produk tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hobi Konsumsi Makanan Kaleng? Waspadai Bahayanya".
Cara Mencuci Jersey Bola yang Benar, Jangan Pakai Mesin Cuci Kalau Tak Mau Rusak
KOMENTAR