Sebagai alternatif, makanan yang mengandung karbohidrat kompleks lebih bisa menahan lapar berjam-jam.
Hal ini karena karbohidrat kompleks membantu melepaskan energi secara perlahan selama berjam-jam selama puasa.
Beberapa jenis makanan yang mengandung karbohidrat kompleks di antaranya biji-bijian seperti beras merah atau coklat, ubi, singkong, kentang, jagung, talas, ganyong, dan kimpul.
Seperti karbohidrat, asupan lemak bisa membantu mencegah kerusakan otot. Karena itu, lemak dibutuhkan oleh tubuh dan menjadi asupan yang cukup penting dalam berpuasa.
Sebagian orang juga memilih makanan berlemak sebagai menu sahur karena rasanya yang lezat.
Namun, terlalu banyak makan makanan berlemak saat sahur justru tidak disarankan. Karena itu penting untuk memperhatikan kadar lemaknya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyarankan untuk membatasi konsumsi makanan yang kaya lemak saat puasa Ramadhan.
Makanan berlemak ini seperti daging berlemak, makanan yang dibuat dengan puff pastry, kue dengan tambahan margarin atau mentega.
Menurut Tan, tidak hanya memakan terlalu banyak karbohidrat, konsumsi makanan kering dan tahan lama sebaiknya juga dihindari saat kita makan sahur.
"Hindari lemak banyak dan makanan kering yang tahan lama (seperti) abon, kering tempe, dan kawan-kawannya," kata Tan.
Alasan orang memilih menu makanan yang kering dan tahan lama adalah praktis. Terlebih waktu sahur tidak terlalu panjang, jadi pilihan makanan ini bisa menghemat waktu memasak.
Sayangnya, jenis makanan ini tidak direkomendasikan bagi orang yang menderita asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Sebab, makanan semacam ini justru berisiko meningkatkan asam lambung.
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR