Pada zamannya, dalam setiap kunjungannya, Sultan Maulana Hasanudin meminta untuk dihidangkan Ketan Bintul.
Makanan ini juga menjadi makanan jamuan untuk tamu kerajaan.
Beras ketan sebagai bahan dasar pembuatan sajian ini memiliki nilai filosofis keraketan yang artinya melekatkan.
Ketan yang memiliki sifat saling lengket diartikan sikap persatuan dan persaudaraan.
Ketan memiliki nilai filosofis kedekatan dengan sesama manusia, baik dengan saudara, teman, atau kerabat.
Ketan Bintul disajikan dengan cara dipotong persegi atau dibentuk bulat-bulat, diberi taburan serundeng, lalu dibungkus dengan daun pisang.
Daun pisang yang digunakan adalah daun pisang yang telah dilayukan dengan cara dibolak-balik di atas air yang mendidih.
Di kalangan pesantren di daerah Banten, Ketan Bintul adalah suatu tradisi yang hanya bisa dijumpai saat Ramadan.
Meski demikian, selain Ramadan, Ketan Bintul juga masih bisa dijumpai di pasar-pasar tradisional, meski tidak sebanyak saat Ramadan.
Jika ingin menikmati Ketan Bintul selain di bulan Ramadan, Sase lovers harus rela datang pagi-pagi ke pasar tradisional di Banten.
5 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Jogja Serba Minuman, Dijamin Otentik dan Enak Banget
KOMENTAR