SajianSedap.com - Jika biasanya ketupat dimakan saat lebaran, ditempat ini malah jadi 'alat perang'.
Tapi tentunya bukan perang seperti yang tengah berlangsung dibelahan dunia saat ini ya Sase lovers.
Tradisi Perang Topat atau perang ketupat dilakukan waktu Lebaran di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tradisi ini memiliki ciri khas dengan saling melemparkan ketupat kepada satu sama lain.
Ketupat disimbolkan sebagai alat kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang tinggal di Lombok.
Perang Topat merupakan tradisi turun temurun yang mulai dilakukan sepeninggalan penjajahan Bali di Lombok pada masa lampau.
Kepercayaan ini pun sudah berlangsung sejak ratusan tahun, dan masih terus dilaksanakan hingga sekarang.
Perang Topat dimulai dengan upacara persembahyangan di tempat pemujaan masing-masing (Hindu dan Islam Wetu Telu).
Kemudian, peserta upacara bergerak ke halaman dan saling melempar ketupat (topat) secara beramai-ramai.
Ketupat adalah hidangan khas yang dimasak dalam batang bambu dan memiliki cita rasa jahe yang kuat serta gurih dari santan.
Tradisi ini mencerminkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas karunia yang telah diberikan dalam bentuk kesuburan tanah, cucuran air hujan, dan hasil pertanian yang melimpah.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat Di Manado, Perekat Antar Umat Beragam di Utara Sulawesi
Masyarakat setempat meyakini bahwa upacara ini akan memberi berkah dengan turunnya hujan.
Secara fisik, di taman Lingsar terdapat dua bangunan yang melambangkan persatuan umat Hindu dan Islam, yaitu Kemaliq dan Pura.
Perang Topat memiliki makna ingin menguatkan tali persaudaraan serta hubungan silaturahmi antara berbagai latar belakang, khususnya masyarakat beragama Hindu dengan masyarakat Islam.
Event ini memadukan sisi religi dan budaya, dan menjadi bagian dari upaya Pemkab Lombok Barat dalam mengembalikan kejayaan pariwisata pasca dilanda bencana gempa bumi.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Ngejot di Bali, Memberi Makanan ke Tetangga Untuk Menyambut Lebaran
KOMENTAR