SajianSedap.com - Jika Anda pernah berkunjung atau liburan ke Dieng tentu sudah kenal dengan manisan carica.
Ini adalah salah satu camilan populer khas di Dieng yang disukai banyak orang.
Rasanya manis dengan sentuhan keasaman yang ringan, serta teksturnya yang kenyal dan sedikit renyah.
Rasanya yang unik dan khas ini membuatnya menjadi camilan yang sangat dicari dan dinikmati oleh banyak orang.
Sebagai makanan ringan yang populer, manisan carica menjadi salah satu produk kuliner Indonesia yang diminati baik oleh penduduk lokal maupun wisatawan.
Tapi tahukah Anda bagaimana pembuatan manisan ini? Terbuat dari buah apakah manisan ini?
Jika ingin tahu jawabannya, baca terus berikut ini.
Manisan Carica berasal dari buah carica, yang merupakan jenis buah pepaya.
Carica merupakan tanaman buah yang hanya bisa tumbuh ditempat dengan suhu udara relatif sangat dingin seperti di dataran tinggi dieng.
Di dataran tinggi dieng, tanaman carica berbuah sepanjang tahun. Namun puncak panen buah carica biasanya berlangsung pada bulan Maret hingga April.
Baca Juga: 6 Oleh-oleh Makanan Khas Magelang, Jangan Lupa Dibeli Saat Pulang Mudik Lebaran
Selain nikmat, manisan carica juga menyehatkan karena kandungannya.
Buah carica sendiri mengandung kalsium, vitamin A, vitamin B komplek, vitamin C dan vitamin E.
Selain itu, carica juga mengandung enzim Papain, yaitu enzim yang berfungsi mempercepat proses pencernaan Protein.
Bahkan penelitian baru-baru ini menunjukan kandungan Arginin pada buah carica dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker Payudara.
Manisan carica dikenal dengan rasa segar dan manis yang rata dari ujung ke ujung. Pengolahannya pun dilakukan oleh produsen lokal yang nantinya dijual dengan berbagai merk.
Dalam kemasan plastik, manisan carica bisa tahan selama enam bulan dan dalam kemasan kaleng bisa tahan hingga dua tahun.
Dilansir dari laman indonesia.go.id, proses produksi dan resep manisan carica ini relatif sama dari satu produsen dengan produsen lainnya.
Buah carica yang digunakan sebagai bahan manisan dipilih yang tingkat kematangannya 80 persen, dengan ciri warna kuningnya baru sekitar 80 persen.
Buah carica yang sudah dipilih kemudian dikupas sampai kulitnya hilang sama sekali, lalu dibelah, sementara bijinya disisihkan, dan dicuci bersih.
Daging buah itu kemudian diiris dengan ukuran standar dengan ketebalan sekitar 3 mm dan lebarnya 3 cm.
Sebagai bahan bakunya, setiap 2,5 kg daging buah carica perlu 1,5 kg gula dan setengah sendok teh.
Baca Juga: Mengenal Wingko Babat, Jajanan Populer di Semarang yang Bisa Dijadikan Oleh-oleh Lebaran
Biji carica yang tidak dibuang sebagian direbus dengan satu liter air hingga mendidih.
Setelah didinginkan dan disaring bijinya air kembali dituangkan perlahan ke saringan sambil biji carica yang tersisa diremas dengan tangan, agar zat yang menempel di biji tidak hilang.
Air yang mengandung saripati biji itu digunakan sebagai bahan kuah manisan dengan takaran 3 liter untuk setiap 2,5 gram daging carica.
Air bakal kuah manisan kemudian kembali dimasukkan ke panci dan direbus bersama gula dan teh.
Setelah gula larut, irisan buah carica dimasukkan. Beberapa produsen kadang memberi essen sari buah sebagai penambah rasa dan aroma.
Durasi perebusan tergantung selera masing-masing produsen, dan setelah selesai dan didinginkan, manisan bisa dikemas dengan mesin press manual.
Produksi buah carica diperkirakan mencapai 1.100 – 1.200 ton per tahun yang hampir semuanya terserap untuk bahan baku manisan.
Sementara hanya sebagian kecil buah carica yang kemudian diolah menjadi selai.
Produksi manisan carica di Wonosobo ini diketahui tumbuh pada awal 1980-an, yang perlahan diterima oleh pasar lokal dan berkembang hingga sekarang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Carica, Buah Khas Dieng yang Dibawa Belanda saat Perang Dunia II
Baca Juga: Mengenal Wingko Babat, Jajanan Populer di Semarang yang Bisa Dijadikan Oleh-oleh Lebaran
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR