Karena Virus Corona, Harga Bawang Putih Di Indonesia Meroket dan Tembus Hampir Rp.50 Ribu! Bisa Jadi Obat?
SajianSedap.com - Jumlah infeksi dan kematian yang disebabkan oleh wabah virus corona Wuhan masih terus meningkat.
Sebelumnya, sejumlah negara telah melakukan evakuasi pada warga negaranya yang berada di Wuhan, yang disebut sebagai pusat penyebaran virus tersebut.
Selain evakuasi tersebut, adanya wabah ini juga berdampak pada sektor ekonomi dan bisnis.
Baca Juga: Kesal Karena Susah Tidur? Coba Makan Buah Kiwi dan Keajaiban Ini Akan Langsung Terjadi!
Bahkan, harga bawang putih di Indonesia meroket dan tembus sampai Rp.50.000.
Kenapa ya?
Apakah permintaan bawang putih meningkat karena dianggap bisa jadi obat?
Harga Bawang Putih Meroket
Harga bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengalami kenaikan, Senin (3/2/2020).
Berdasarkan penelusuran Kompas.com di Pasar Induk Kramat Jati, harga bawang putih kini Rp 42.000 per kilogram.
Normalnya, harga bawang putih Rp 38.000 per kilogram.
Ternyata, hal tersebut terjadi bukan karena besarnya permintaan pasar lantaran bawang putih bisa jadi obat menangkal korona.
Kepala Pasar Induk Kramat Jati Agus Lamun mengatakan, kenaikan harga bawang putih terjadi karena pasokan bawang putih impor dari negara pemasoknya, China berkurang.
"Kenaikan harga akibat jumlah pasokan yang berkurang pasokan normal dan ideal. Pasokan tidak seperti biasanya, cenderung sedikit. Sebabkan kenaikan harga. Bawang tergantung impor dari China. Berharap pemerintah kendalikan lagi impor bawang putih," kata Agus saat dikonfirmasi, Senin.
Menurut Agus, diduga terdapat pembatasan impor bawang putih dari China akibat efek dari isu virus corona.
"Bawang putih diimpor dari China. Isu di sana ada berkembang kendala (Virus) corona. Kemungkinan terjadi pembatasan impor dari China," ujar Agus.
Agus menjelaskan, biasanya stok bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati sekitar 16 ton.
Namun, hari ini hanya tersisa 4 ton. "Biasanya pasokan bawang putih 30 sampai 40 ton per hari untuk kebutuhan Jakarta," ujar Agus.
Baca Juga: Dari Lele Sampai Mujaer, Benarkah Konsumsi Ikan yang Makan Kotoran Bisa Berbahaya Untuk Tubuh?
Baca Juga: Kesal Banyak Kutu di Beras Anda? Cuma Gunakan Bahan Dapur Ini, Dijamin Ampuh Mengusirnya!
Virus dengan Kerugian Terbesar
Beberapa perusahaan telah menutup tokonya di China seperti Samsung, Apple, hingga Google. Mengutip LearnBonds, wabah virus corona menjadi epidemi paling mahal di dunia dalam 20 tahun terakhir.
Virus dengan kerugian terbesar Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh LearnBonds, virus corona, yang paling banyak menginfeksi di China, diproyeksikan menghabiskan dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara pada kuartal pertama tahun 2020.
Adapun persentase tersebut senilai 62 miliar dollar AS atau sekitar Rp 847,21 triliun.
Dengan perhitungan ini, diperkirakan dampak terhadap PDB global dapat lebih tinggi.
Wabah ini juga kemungkinan bisa membahayakan pertumbuhan China karena sebagian besar aktivitas usaha dihentikan.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Jika virus tidak dapat dikendalikan, situasi serupa dapat terjadi di bagian lain dunia.
Saat ini, China memprioritaskan pengelolaan virus ini.
Pemerintah mengalokasikan sekitar 12,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 175,17 triliun untuk pemeriksaan medis dan peralatannya.
Di tempat lain, bank-bank terkemuka menurunkan suku bunga untuk bisnis-bisnis kecil dan individu-individu di wilayah-wilayah yang paling terdampak virus seperti di Provinsi Hubei.
Virus corona juga diproyeksikan menjadi epidemi yang paling banyak menelan biaya jika dibandingkan dengan wabah penyakit lain, termasuk ebola, flu babi, atau lainnya dalam dua puluh tahun terakhir.
Proyeksi ini terlepas dari fakta bahwa penyakit-penyakit sebelumnya seperti flu babi dan ebola yang memiliki total kasus kematian lebih tinggi.
Berdasarkan catatan, virus ebola merupakan virus kedua yang paling banyak menelan biaya.
Virus yang menjangkit sebagian besar Afrika ini mengakibatkan kerugian total sebesar 53 miliar dollar AS atau sekitar Rp 724,23 triliun.
Sepanjang tahun 2000 hingga 2020, tercatat 11.323 kematian dan 28.646 infeksi yang disebabkan oleh ebola.
Baca Juga: Bukan Dijilat Setan, Mendadak Memar Ternyata Bisa Jadi Tanda Penyakit Berbahaya! Anda Harus Waspada!