Ayahnya Jadi Otak Dibalik Tragedi Bom Bali 18 Tahun Silam, Putra Amrozi Dihantui Ketakutan saat Sang Buah Hati Tertidur

By Raka, Selasa, 25 Februari 2020 | 15:30 WIB
Kisah Zulia Mahendra putra dari Amrozi (Tribun Jabar)

Sempat ingin ikuti jejak sang ayah

Momen ketika melihat anaknya tidur, anak yang selalu dipeluk ketika pulang, dan pergi dari rumah untuk mencari nafkah.

Momen yang menimbulkan tekad untuk membesarkan anak dan "berjihad untuk keluarga."

Itulah yang dikatakan Zulia Mahendra, putra sulung Amrozi, pelaku Bom Bali 1.

Baca Juga: Keasyikan Main Game Online, Pria Ini Sampai Tak Sadar dengan yang Diminumnya, Kisahnya Berujung Tragis!

Baca Juga: Rutin Minum Jus Wortel Setiap Hari, Wanita Ini Mampu Sembuh dari Kanker Paru-paru Tanpa Kemoterapi! Begini Kisahnya

Baca Juga: Kenang Kisah Habibie-Ainun, Melanie Subono: 'Unge, Sekarang Giliran Kamu Cerita Bahwa Cinta Itu Ada'

Mahendra baru menginjak usia 16 tahun saat ayahnya ditangkap, tak lama setelah Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002.

Usia yang dia sebut "masih mencari jati diri", serta merasa "marah dan terkejut serta tak percaya" bahwa ayahnya termasuk salah seorang pelaku utama di balik serangan terparah di Indonesia dengan 202 korban jiwa itu.

Setelah penangkapan dan eksekusi, Mahendra mengatakan dia bahkan sempat ingin mengikuti dan "melanjutkan apa yang dilakukan bapak".

Perubahan besar inilah yang disampaikan Hendra - nama panggilannya - ketika bertemu dengan putra salah seorang korban Bom Bali 1, Garil Arnandha pertengahan Oktober 2019.

"Satu malam, saya emosional, lagi ingat bapak. Saya lihat anak saya yang pertama tidur. Saat menatap anak saya waktu tidur, saya menangis. Saya harus membahagiakan dia," ceritanya kepada Garil.

Artikel berlanjut setelah video berikut ini.