Jokowi Rencanakan 'New Normal' Ditengah Wabah Corona, Dokter Indonesia Beri Jawaban Menohok: 'Ini Sangat Berbahaya'
SajianSedap.com - Ikatan Dokter Indonesia atau IDI merespons pola hidup new normal yang didengungkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, baru-baru ini.
Hal ini diungkapkan Ketua Umum Terpilih Pengurus Besar IDI, dr Moh Adib Khumaidi dalam program AIMAN Kompas TV yang bertajuk "Sinyal Pelonggaran PSBB?".
Dalam program tersebut, hadir pula Menteri Jokowi, Suharso Monoarfa yang menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
Adib Khumaidi menyebut pemerintah terlalu cepat dalam menyampaikan kemungkinan kehidupan baru tersebut di tengah wabah Virus Corona.
Menurutnya, pandemi Virus Corona memang tidak mungkin berakhir dalam waktu dekat.
Tidak hanya secara nasional, melainkan juga secara dunia.
Baca Juga: Mercure Hotel Jakarta Kota, Lives Up To Be Stylish In A Modest Yet Luxurious Way
Baca Juga: The Legendary Nasi Campur Warung Wardani is Now Available in Bintaro! Here's What It Looks Like!
Dirinya juga tidak menampik soal akan menghadapi new normal dengan cara hidup berdampingan di tengah Corona.
"Jadi memang kita akan dihadapkan nanti pada sebuah kondisi yang seperti itu," ujar Adib Khumaidi.
"Artinya bahkan tidak mungkin satu tahun ke depan, kita akan berhadapan atau di dalam sebuah kehidupan yang seperti itu," jelasnya.
Tanggapan IDI Tentang New Normal
Meski begitu, kemungkinan tersebut seharusnya belum dikatakan pada saat sekarang.
Karena saat ini semuanya sedang berjuang untuk melawan Virus Corona.
"Tetapi kalau sekarang, kita terlalu cepat kalau mengatakan bahwa kita harus masuk ke new normal," kata Adib Khumaidi.
"Karena ini yang sangat berbahaya, kemudian kalau ada teori herd immunity yang kemudian dikembangkan di dalam new normal ini," tegasnya.
Maka dari itu, tugas pemerintah yang harusnya dilakukan pada saat ini adalah memikirkan bagaimana langkah bijak yang harus dilakukan.
Memastikan setiap langkah yang dilakukan mampu memberikan dampak efektif untuk mencegah penularangan Virus Corona.
"Oleh karena itulah, maka yang pertama tentunya adalah tetap kita harus buat indikator dan kriteria yang berbasis pada data penanganan covid"
"Secara medis dan epidemologis untuk bisa mengatakan bahwa interfensi yang kita lakukan berhasil atau tidak," terangnya.
"Strategi yang kita lakukan sudah tepat atau tidak," pungkasnya.
Artikel Berlanjut Setelah Video Berikut Ini
IDI Tanggapi Aksi 'Indonesia Terserah'
Sebelumnya, Ketua Umum Terpilih Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Mohammad Adib Khumaidi juga sempat buka suara soal aksi 'Indonesia Terserah'.
Para tenaga medis menyuarakan apa yang dirasakannya setelah melihat kondisi masyarakat Indonesia yang masih abai terkait penanganan Virus Corona.
Adib Khumaidi menilai apa yang dilakukan oleh masyarakat tidak mencerminkan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Termasuk juga tidak mengindahkan imbauan dari pemerintah untuk melakukan physical distancing dan tetap di rumah saja.
Ia mengaku sangat prihatin menyaksikan kondisi yang sedang terjadi di tengah pandemi Virus Corona.
Karena di satu sisi, tenaga medis berjuang mempertaruhkan nyawa, tetapi masyarakat justru masih abai.
"Sebuah bentuk keprihatinan kami terhadap proses penanganan covid-19 ini."
"Karena kami masih melihat bahwa ada masyarakat yang masih abai terhadap imbauan-imbauan yang sudah dilakukan oleh pemerintah,"
"Aturan-aturan yang sudah dilakukan," ujar Adib Khumaidi.
"Dan masih banyak yang belum memahami bahwa esensi daripada imbauan aturan itu salah satunya adalah untuk memutus mata rantai penularan," jelasnya.
Adib Humaidi kemudian menyebut hal itu akan mempunyai risiko besar terhadap masalah kesehatan karena kemungkinan orang yang tertular akan semakin banyak.
Dan yang merasakan beban berat itu tidak lain adalah para tenaga kesehatan.
"Tentunya ini memberikan dampak ke depan yang bukan tidak mungkin beban daripada kesehatan ini akan semakin besar," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul IDI Khawatir jika Teori Herd Immunity Dikembangkan dalam New Normal, Kita Terlalu Cepat Mengatakan