"Konsep arsitektur art deco yang khas Eropa masih dipertahankan hingga kini. Salah satunya pada bentuk jendela dengan jeruji hijaunya, serta taplak meja merah yang menutupi seluruh meja makan resto," papar Tuti Togatorop, Manager Siantar Hotel.
Sajian yang dihidangkan di resto hotel ini berupa paket rijsttafel, yang mengombinasikan sajian khas Nusantara dan Eropa. Bahkan sentuhan khas budaya Siantar pun ikut disertakan. "Tim chef tetap bermain dengan bumbu, tapi ada beberapa menu yang disajikan original. Seperti cream soup isi jamur khas Eropa," imbuh Tuti.
Ada pula sate ayam sambal kacang, sate sapi bumbu serundeng, ayam goreng saus telur asin, udang masak asam manis, hingga menu rumahan sayur lodeh. “Menu rijsttafel terdiri dari paket 10 jenis hidangan, seharga Rp 100 ribu,” tutup Tuti sambail berkata, resto Siantar Hotel buka 24 jam.
2. Minuman Bersoda Cap Badak, Legenda Minuman Rasa Sarsaparila
Jl. Pematang Raya No. 3, Pematangsiantar, Sumatera Utara
Telp: 0852 9629 6785
Jauh sebelum minuman bersoda merek asing masuk ke Indonesia, warga Pematangsiantar justru sudah lebih dulu mengakrabi minuman bersoda merek Cap Badak, yang asli buatan Pematangsiantar.
Ada 2 jenis minuman berkarbonasi merek Cap Badak yang sampai kini masih lestari, yakni rasa sarsaparila dan kola. Manager Pemasaran Cap Badak, Panggabean, mengatakan, minuman ini awalnya diproduksi warga Swiss, Heinrich Surbeck, seorang sarjana teknik kimia dan koletor hewan kering serta tumbuhan. Ia mendirikan pabrik NV Ijs Fabriek Siantar pada 1916.
Seiring waktu dan berpindahnya kepemilikan, nama pabrik berubah jadi PT Pabrik Es Siantar. Semula, pabrik ini memproduksi minuman bersoda dan es batu. Alasannya, kondisi air yang bersih di Pematangsiantar di masa itu cocok dibuat menjadi es batu.
Di masa silam, Surbeck sempat mengembangkan varian rasa selain kola dan sarsaparila, yakni rasa anggur dan jeruk. Namun kata Panggabean, yang paling disukai varian rasa sarsaparila yang memang unik di lidah. Sarsaparila terbuat dari ekstrak tanaman herbal asal Meksiko.