Sajiansedap.com - Masyarakat Ibu kota begitu semarak merayakan ulang tahun kota Jakarta yang ke 495 Tahun.
Biasanya banyak hidangan makanan khas Jakarta yang wajib dicoba.
Salah satunya adalah kerak telor.
Harga kerak telor juga tergolong sangat terjangkau.
Namun, kerak telor lebih sering ditemui hanya pada saat bazar dan Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang diselenggarakan sekali dalam setahun.
Tapi apakah anda tahu asal usul dari kerak telor?
Jika belum anda harus simak ulasan lengkap artikel berikut ini.
Dijamin anda akan sangat ingin tahu deh.
Baca Juga: Garang Asem Ayam Recipe, Soul-Satisfying Food That Warm You up on Cold Nights
Asal Usul Kerak Telor
1. Kerak telor
Makanan ini wajib ditempatkan nomor satu sebagai makanan khas Jakarta.
Kerak telor memang begitu tersohor dan kerap ditemui dalam 'hajatan' ulang tahun DKI Jakarta, Pekan Raya Jakarta.
Konon, makanan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Berdasarkan informasi yang beredar, makanan ini ada karena hasil 'keisengan' dari sekawanan orang Betawi yang tinggal di daerah Menteng.
Keisengan itu dimulai tatkala sekawanan tersebut memanfaatkan pohon kelapa yang tumbuh subur memenuhi wilayah Batavia, sebutan Jakarta tempo dulu.
Namun, makanan ini baru terkenal pada 1970-an. Penjualan kerak telor secara masif dilakukan di Tugu Monas.
Kerak telor sendiri terbuat dari beras ketan putih telur ayam atau bebek, ebim (udang kecil) dan bawang merah goreng yang nantinya ditambah bumbu halus seperti cabai merah, kencur, jahe, garam, gula pasir, merica butiran, dan suiran kelapa yang sudah di sangrai.
Cara memasaknya sangat unik, yakni dipanaskan di atas tungku arang.
Baca Juga: Kerak Telor Abon, Sajian Khas Betawi Yang Bisa Jadi Camilan Di Segala Suasana
2. Soto Betawi
Soto ini kuat dengan ciri khasnya yang dari santan.
Isinya ada daging sapi, tomat, kentang, terkadang disertakan emping.
Soto Betawi sendiri pertama kali muncul sekira pada 1977-1978 dan diperkenalkan pertama kali oleh Lie Boen Po di THR Lokasari.
Banyak penjual soto pada tahun-tahun tersebut, biasanya menyebut dengan soto kaki Pak "X" atau sebutan lainnya.
Istilah soto Betawi justru mulai menyebar menjadi istilah umum ketika penjual soto tersebut tutup sekira pada 1991.
3. Soto Tangkar
Tak berbeda jauh dengan Soto Betawi, Soto Tangkar juga terbuat dari kuah santan. Pembedanya adalah isinya yang berasal dari daging sapi dan jeroan.
Meminjam observasi dari Erwin LT dalam bukunya Peta 100 Tempat Makan Makanan Khas Betawi di Jakarta, Bekasi, Depok, dan Tangerang, disebutkan bahwa makanan ini sudah lahir dari zaman penjajahan Belanda.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini :
Pada saat itu, lanjut Erwin, orang Betawi hanya mampu membeli iga sapi yang sedikit dagingnya (tangkar). Kemudian, orang Betawi menyulapnya menjadi soto yang enak.
Jika ingin mencicipinya, kamu bisa kunjungi Soto Tangkar legendaris yang berada di Jl. Tanah Tinggi III No.54, Jakarta Pusat.
Konon kedai tersebut sudah berdiri sejak 1950-an dan sudah dikelola generasi keempat.
4. Sayur Babanci
Surat kabar Harian Kompas dalam Sayur Babanci, Masakan Kuno yang Terpinggirkan pernah menyebut, sayur ini merupakan salah satu kuliner ikonik khas Betawi yang kini mulai langka.
Kelangkaan ini, lanjutnya, disebabkan karena bahan dan rempah-rempah untuk membuat sayur ini sudah sulit ditemukan di Jakarta.
Dikabarkan, nama sayur ini diperoleh karena 'posisi' yang tidak jelas: bukan gulai, kare, ataupun soto.
Bahkan beberapa sumber menyebut, makanan ini tidak bisa dikategorikan sebagai sayur karena tidak ada campuran sayur di dalamnya.
Baca Juga: Bosan Makan Nasi? Contek Dan Sajikan Resep Ketoprak, Kudapan Khas Betawi yang Bikin Kenyang
Warga Betawi biasanya menyajikan makanan ini hanya pada hari besar keagamaan, seperti buka puasa, Idul Fitri atau Idul Adha. Namun sangat sedikit keluarga yang menyajikan makanan ini.
Sayur ini terdiri dari bahan yang langka, seperti, kedaung, botor, tai angin, lempuyang, temu mangga, temu kunci, bangle.
5. Laksa Betawi
Ternyata tak hanya di Tangerang, Jakarta pun punya makanan khas ini.
Laksa sendiri, menurut Erwin LT, berasal dari daerah Cibinong yang kemudian merambah ke Jakarta dengan sebutan Laksa Betawi.
Konon, pengusaha Laksa Betawi biasanya orang Cina Betawi.
Laksa sendiri merupakan jenis makanan sepinggan yang berkuah.
Laksa Betawi terdiri dari bihun, telur, perkedel, daun kemangi, dan daun kucai. Kuliner yang mendapat pengaruh dari Cina ini memiliki citarasa yang gurih dan manis.
Jika ingin mencicipinya, kamu bisa kunjungi Laksa Betawi Asirot di Jl Asirot no.2 Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Jakarta Barat. Kedai tersebut banyak direkomendasikan oleh para pecinta kuliner.
Baca Juga: Kisah Ahok Tiba-tiba Dihampiri Penjual Kerak Telor “Pak Ahok Saya Ucapkan Terima Kasih”
6. Nasi Ulam
Nasi ulam merupakan makanan khas Betawi yang juga mendapat pengaruh dari budaya kuliner Tiongkok. Begitulah Habsari mengisahkannya dalam buku Info Boga Jakarta.
Nasi ulam biasanya memakai nasi pera yang disiram dengan semur kentang/semur tahu/semur telur.
Nasi ulam juga ditambah dengan cumi asin goreng, bihun goreng, telur dadar iris, dan perkedel kentang.
Namun berdasarkan info yang beredar, terdapat dua 'mahzab' nasi ulam.
Pertama, nasi ulam berkuah (basah) yang berasal dari Jakarta Utara dan Pusat, kedua nasi ulam kering (tidak berkuah) yang ditemukan di Jakarta Selatan.
Nasi ulam bertambah nikmat dengan tambahan daun kemangi, sambal, bawang goreng, dan taburan kacang tanah tumbuk.
YouTuber Daddy Kuliner merekomendasikan nasi ulam Betawi H. Nanan di Glodok, tepatnya depan gang petak 9, sebagai nasi ulam yang wajib dicicipi.
Baca Juga: Sejarah Kerak Telor, #KemilauKulinerIndonesia yang Tercipta Melalui Proses yang Tidak Disengaja
7. Pindang Bandeng
Makanan ini punya ciri khas kuah yang sedikit asam dan cukup segar.
Selain itu, cabe rawit yang dimasak bisa membuat selera makan semakin membuncah.
Menurut sejarahnya dari berbagai sumber, masakan ini tak lepas dari pengaruh Tiongkok.
Justru pindang bandeng ini merupakan makanan yang wajib dihadirkan dalam perayaan tahun baru Imlek.
Sebab, makanan ini punya filosofi sendiri, yakni sebagai lambang kemakmuran dan harapan agar memperoleh rezeki di tahun yang baru.
Berawal dari Iseng
Siapa yang doyan kerak telor?
Kuliner khas Betawi yang satu ini bisa dibilang cukup unik.
Baca Juga: Ingin Rayakan Hari Ulang Tahun Jakarta Dengan Kudapan Khas Betawi? Contek Resep Kerak Telor Ini
Saat membeli, pasti kita akan ditanya oleh si penjual, mau pakai telur ayam atau telur bebek.
Cara membuatnya tak kalah unik.
Setelah campuran telur dan berbagai macam bumbu diratakan di atas wajan kecil, kemudian wajan tersebut akan dibalik.
Hal ini akan membuat permukaan kerak telor matang dan menciptakan sensasi gosong.
Tapi memangnya siapa sih, yang pertama kali menemukan kerak telor?
Dilansir dari wisataseru.com, seorang pemilik warung kerak telor bernama Pak Yusuf berkata kalau kawanan kakeknya dan teman-teman yang menemukan kerak telor.
Semua berawal dari puluhan tahun silam di mana Jakarta masih dipenuhi oleh pohon kelapa.
Baca Juga: Efek Samping Cuci Muka dengan Air Hangat yang Jarang Orang Tahu, Bisa Bikin Wajah Berubah Drastis
Sekawanan Betawi Menteng ini rupanya iseng mencampurkan ketan, kelapa parut, dan bumbu dapur lainnya untuk kemudian dimasak.
Tidak disangka, banyak yang menyukai hasil masakan tersebut.
Akhirnya mereka menjual resep tersebut pada tahun 70-an di daerah Monas.
Makanan tersebut pun laku keras hingga akhirnya dikenal jadi makanan khas Betawi.
Unik banget, kan?
Mungkin tidak semua orang doyan kerak telor, tapi kalau menemukan penjual yang pas membuatnya, pasti rasanya jadi enak banget.
Duh, jadi ingin langsung makan kerak telor, ya?
Baca Juga: Kalau Ada Melinjo di Rumah Coba Masak dengan Cara Ini, Bisa Bikin Stroke Gak Berani Serang Tubuh
Artikel telah ditayangkan di tribun jakarta dengan judul, Sejarah di Balik 7 Makanan Khas Jakarta, Kerak Telor Ternyata Hasil 'Iseng' Anak Menteng?