Mitha, panggilan Paramitha, sempat mengalami pendarahan hebat.
Setelah melahirkan, kondisinya sempat dianggap koma.
Baca Juga: Benarkah Minum Kopi saat Hamil Bikin Bayi Jadi Kecil saat Lahir? Ini Penjelasan Ahli
Untuk itu, melansir dari Halodoc, secara umum banyak dokter yang menyarankan wanita hamil pada usia 20an.
Karena tingkat kesuburan sangat tinggi dan kualitas sel telur yang dihasilkan sangat baik.
Tingkat kesehatan tubuh juga mencapai titik optimal.
Hal inilah yang menyebabkan hamil pada usia ini relatif minim risiko.
Selain itu, rata-rata wanita mencapai puncak kesuburan pada usai 24 tahun.
Sementara pada usia 40 tahun atau bahkan 50 tahun, kualitas rahim wanita sudah menurun.
Hal tersebut berdampak pada kesuburan wanita.
Melansir dari HealthLine, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) memberikan gambaran, wanita dapat menghasilkan 300.000 sampai 500.000 sel telur pada masa pubertas.
Jumlah ini merosot tinggal sekitar 25.000 saat wanita berusia 37 tahun.
Pada usia 51 tahun, jumlah sel telur yang dihasilkan tinggal sekitar 1.000.
Bahkan di beberapa kasus, wanita yang berusia 35 tahun jumlah sel telur atau oositnya sudah mengalami penurunan signifikan.
Kondisi ini menjadi bagian dari persiapan menopause.
Berbicara soal menopause, menopause sendiri punya beberapa gejala.
Melansir dari Alodokter, berikut ini adalah gejala menopause yang umum terjadi
Yang pertama, siklus menstruasi menjadi tidak teratur, entah itu terlambat atau datang lebih cepat.
Yang keduanya, terjasdi perubahan penampilan fisik seperti rambut rontok, kulit kering, hingga payudara kendur.
Kemudian yang ketiga adalah terjadi erubahan seksual, seperti vagina menjadi kering dan gairah seks menurun.
Baca Juga: Tak Perlu Obat, Makanan Penghilang Mual untuk Ibu Hamil Ini Bisa Dibeli di Pasar, Murah Meriah
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Venna Melinda Ingin Punya Anak dari Ferry Irawan dan Kompas.com dengan judul 3 Risiko Hamil di Usia 40 Tahun ke Atas