Dikutip dari Our Everyday Live, telur retak bisa jadi aman dikonsumsi atau justru sebaliknya, berbahaya bagi tubuh.
Aman atau tidaknya mengonsumsi telur retak dapat dilihat dari kapan retakan pada telur itu terjadi.
Jika telur sudah retak saat masih di toko bahan makanan, sebaiknya hindari membeli dan mengonsumsi telur tersebut.
Sebab tidak ada yang bisa memastikan berapa lama telur sudah retak dan dibiarkan di rak penjualan.
Bakteri akan masuk ke dalam putih atau kuning telur melalui retakan pada cangkangnya, seperti dikutip Better Homes & Gardens.
Peneliti asal Taiwan menemukan bahwa salmonela kemungkinan besar ditemukan dalam telur retak.
Dikutip dari laman Food and Drug Administration, kebanyakan orang yang terinfeksi salmonela akan mengalami diare, demam, kram perut, dan muntah selama 12-72 jam setelah terinfeksi.
Bahkan, bakteri penyebab keracunan makanan ini dapat menyebabkan kematian jika tersebar dari usus ke aliran darah dan tidak segera diobati dengan antibiotik.
Seperti yang pernah terjadi pada keluarga pasangan suami istri, Suyitno (45) dan Surati (40), warga Desa Kiyoten, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, yang mengalami keracunan telur pada tahun 2014 silam.
Sekeluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan tiga orang anaknya mengalami keracunan seusai mengonsumsi telur rebus.
Telur itu dibeli dengan harga murah, yakni Rp 6.000 per 10 biji di Pasar Desa Bug Duwur, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.
Baca Juga: Gas Bocor Gak Cuma Ada Baunya, Kalau Terjadi 3 Hal Ini Coba Cek Kondisi Kompor Gas di Dapur, Bahaya!