Susu Murni
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si menjelaskan perbedaan terkait jenis susu sapi khususnya susu murni.
Susu murni belum memiliki arti standar di Indonesia, kata Epi.
Susu murni kadang disamakan dengan susu segar.
“Tapi kalau saya berbeda. Susu murni itu yang 100 persen susu segar,” kata Epi.
Menurut Epi, kandungan susu pada susu UHT dan pasteurisasi di pasaran belum tentu 100 persen dari susu segar.
Pasalnya, kadang susu olahan terbentuk dari campuran susu segar dengan susu bubuk yang dicairkan ulang.
Demi memenuhi kebutuhan produksi susu, Indonesia impor susu sebanyak 80 persen.
Pasalnya, suplai produksi susu Indonesia hanya dapat memenuhi 20 persen kebutuhan.
Susu yang diimpor bukan susu cair melainkan bubuk.
Pasalnya, pengangkutan susu tidak mudah. Perlu suhu sangat rendah agar susu tidak busuk.
“Kan harus 4 derajat celcius ke bawah. Didinginkan pakai tanker berpendingin dalam bentuk cair, dibawa ke sini itu biayanya mahal banget. Siapa yang mau beli susunya nanti?” lanjut Epi.
Susu bubuk diimpor untuk mengakali teknis pengiriman.