SajianSedap.com - Susu merupakan salah satu minuman sehat yang mengandung kalsium.
Bagi balita, konsumsi sangat dianjurkan karena bisa membantu proses pertumbuhan.
Tak hanya itu, kandungan kalsiumnya bisa membantu memperkuat otot dan tulang.
Namun di Indonesia, ada berbagai jenis susu yang beredar.
Dua diantaranya adalah susu murni dan susu evaporasi.
Dua jenis susu ini tentu sering Anda jumpai bukan?
Susu murni biasanya sering diitemukan dalam kemasan atau juga dijual eceran.
Sementara susu evaporasi biasanya dibungkus dalam kaleng atau botol kertas.
Perbedaan Susu Evaporasi dan Susu Murni
Lantas apa bedanya susu murni dan susu evaporasi.
Jelas Anda perlu tahu perbedaannya sebelum membelinya.
Berikut ini perbedaan susu evaporasi dan susu murni.
Baca Juga: BOCOR! Cara Bikin Espresso Machiato yang Rasanya Mirip Kafe Ini Bisa Dicoba Sendiri di Rumah
Susu evaporasi
Susu evaporasi adalah susu tanpa pemanis yang diawetkan dalam kaleng.
Susu evaporasi ditemukan ketika lemari es adalah barang mewah.
Sementara orangtua harus menemukan cara mengawetkan minuman sarat kalsium untuk anak mereka.
Pembuatan susu evaporasi dilakukan dengan merebus perlahan susu segar dengan api kecil.
Susu segar direbus sampai 60 persen kandungan airnya menguap.
Susu evaporasi menjadi susu yang lebih kental dan lembut setelah air menguap.
Kemudian susu dihomogenisasi, disterilkan, dan dikemas.
Susu evaporasi dapat digunakan dalam hidangan bertekstur seperti krim, tetapi tidak menambah rasa manis.
Sifat susu evaporasi yang tanpa pemanis membuatnya serbaguna untuk hidangan gurih seperti mac and cheese atau resep manis seperti pai ubi jalar.
Lantas bagaimana dengan susu murni.
Susu Murni
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si menjelaskan perbedaan terkait jenis susu sapi khususnya susu murni.
Susu murni belum memiliki arti standar di Indonesia, kata Epi.
Susu murni kadang disamakan dengan susu segar.
“Tapi kalau saya berbeda. Susu murni itu yang 100 persen susu segar,” kata Epi.
Menurut Epi, kandungan susu pada susu UHT dan pasteurisasi di pasaran belum tentu 100 persen dari susu segar.
Pasalnya, kadang susu olahan terbentuk dari campuran susu segar dengan susu bubuk yang dicairkan ulang.
Demi memenuhi kebutuhan produksi susu, Indonesia impor susu sebanyak 80 persen.
Pasalnya, suplai produksi susu Indonesia hanya dapat memenuhi 20 persen kebutuhan.
Susu yang diimpor bukan susu cair melainkan bubuk.
Pasalnya, pengangkutan susu tidak mudah. Perlu suhu sangat rendah agar susu tidak busuk.
“Kan harus 4 derajat celcius ke bawah. Didinginkan pakai tanker berpendingin dalam bentuk cair, dibawa ke sini itu biayanya mahal banget. Siapa yang mau beli susunya nanti?” lanjut Epi.
Susu bubuk diimpor untuk mengakali teknis pengiriman.
Tiba di Indonesia, susu tersebut ada yang dijual dalam bentuk bubuk langsung, biasanya sebagai bahan kue.
Namun, susu bubuk ada yang dicairkan untuk memenuhi suplai susu cair di Indonesia.
Jenis susu ini disebut reconstituted milk atau susu rekonstitusi.
Tidak ada aturan terkait komposisi susu rekonstitusi dan susu segar yang tertera pada kemasan susu.
Epi menyebutkan, susu olahan yang dicampur susu bubuk itulah tidak bisa disebut susu murni.
Susu murni hanyalah susu yang terdiri dari 100 persen susu segar cair, begitu menurut Epi.
Perbedaan susu murni dengan susu rekonstitusi yang paling signifikan adalah harganya.
Harga susu pasteurisasi ada yang Rp 25.000 atau lebih.
Sementara, ada pula susu lain yang harganya sekitar Rp 12.000 atau Rp 15.000.
Harga tersebut bisa menjadi indikasi bahwa 100 persen susu segar biasanya lebih mahal dibandingkan dengan susu rekonstitusi.
Susu bubuk dalam reconstituted milk masih mengandung gizi tinggi, sehingga kualitasnya bukan berarti jelek.
Namun, susu segar asli atau 100 persen memiliki nilai gizi yang lebih baik.
Nah sekarang sudah tahu bedanya kan?