Sensasi itu bisa dirasakan di kepala, lengan dan bahkan dada.
Currie adalah salah satu dari hanya lima orang yang pernah memakan satu buah Pepper X.
"Saya merasakan pedasnya selama tiga setengah jam. Kemudian kram datang," kata Currie kepada Kantor Berita Associated Press.
"Kram itu sangat mengerikan. Saya merasa seperti orang gila," sambung dia.
Currie mengatakan, Pepper X adalah hasil persilangan antara Carolina Reaper dan "cabai yang dikirim oleh seorang teman dari Michigan, dan sangat pedas.
Senyawa aktif cabai yang memberi rasa pedas adalah capsaicin.
Senyawa itu bertindak sebagai bahan pengiritasi kimia dan tanaman tertentu mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan senyawa ini untuk mencegah hewan memakannya.
Namun, manusia ternyata telah mengembangkan selera terhadap senyawa tersebut, di mana seseorang bisa mengalami aliran endorfin ketika mengonsumsinya dalam jumlah yang tepat.
Lebih lanjut kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa sebagian besar capsaicin ditemukan dalam biji cabai, namun justru yang paling melimpah adalah di jaringan plasenta yang menampung bijinya.
Capsaicin juga ditemukan dalam konsentrasi tinggi di sepanjang lapisan tipis yang melapisi bagian dalam cabai.
Sementara itu, Skala Scoville pada dasarnya adalah pengukuran konsentrasi capsaicin.
Untuk menguji kepedasan cabai, larutan ekstrak cabai diencerkan dengan air gula lalu dicicipi oleh panel pencicip.
Penurunan konsentrasi ekstrak diberikan ke panel sampai sebagian besar tidak dapat lagi mendeteksi pedas dalam pengenceran.
Pertanyaannya, akankah gelar Pepper X dikalahkan di tahun-tahun selanjutnya?
Diperlukan waktu beberapa tahun untuk membiakkan, menyempurnakan, dan menstabilkan pesaing barunya.
Namun segala sesuatu bisa saja terjadi.
Bagaimana tertarik mencobanya Sase Lovers?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pepper X Dinobatkan sebagai Cabai Terpedas di Dunia