SajianSedap.com - Jika Anda berkunjung ke daerah Purwakarta Anda akan disuguhkan dengan berbagai warung dan resto yang menyajikan sate Maranggi.
Sate ini merupakan makanan khas dari Purwakarta.
Sate khas Purwakarta ini dibuat dengan bahan dasar sate kambing dan sapi.
Ciri khasnya adalah adanya lemak di sela tusukan daging.
Soal rasa, sate Maranggi ini memiliki rasa yang berbeda dari sate madura.
Jika sate madura cenderung rasa manis yang kuat, sate Maranggi ini memiliki ciri khas bumbu yang kuat dan gurih.
Hanya sedikit sensasi manis lantaran sate Maranggi sendiri tidak memakai kecap manis ketika memanggangnya.
Nah soal asal usul sate maranggi ini, ternyata ada perbedaan versi loh.
Asal-usul Sate Maranggi
Kira-kira Sase Lovers udah tahu belum?
Jika Sase Lovers pecinta sate Maranggi, wajib tahu soal 2 versi mengenai asal ususl sate asal Purwakarta ini.
1. Asal-ususl sate Maraanggi versi 1
Mengutip dari laman kemdikbud.go.id, tidak diketahui secara pasti tanggal berapa nama kuliner Sate Maranggi dipopulerkan.
Data yang diperoleh dari informan menyebutkan bahwa seorang penjual Sate Maranggi bernama Bustomi Sukmawirdja atau dikenal dengan sebutan Mang Udeng, telah berjualan Sate Maranggi pada tahun 1962 di Kecamatan Plered.
Informasi tersebut sekaligus mematahkan permasalahan lokasi asal mula Sate Maranggi yang sebelumnya juga diklaim oleh Kecamatan Wanayasa.
Adapun angka tahun awal adanya Sate Maranggi di Wanayasa adalah lebih muda dibandingkan dengan angka tahun informasi keberadaan Sate Maranggi di Plered, yaitu tahun 1970, atau lebih muda 8 tahun.
Informasi atau data awal mula adanya penjual Sate di Wanayasa datang dari seorang dengan nama panggilan Mak Unah.
Beliau menyebutkan bahwa sekitar tahun 1970 beliau telah berjualan sate.
Tidak lantas beliau mengistilahkan dengan nama Sate Maranggi.
Beliau hanya menyebutkan Sate Panggang.
Dan, beliau juga telah mengetahui bahwa di Plered sebelumnya juga telah ada yang berjualan sate, yaitu Mang Udeng.
Daging yang digunakan kala itu berasal dari daging sapi atau kerbau.
Mak Unah melanjutkan bahwa, ia memang sebelumnya juga menggunakan bahan daging yang sama (sapi dan kerbau).
Baca Juga: 3 Fakta Unik Timlo Makanan Khas Solo, Namanya Berbeda antara Dulu dan Sekarang
Sekitar tahun 1965, beliau mencoba menggunakan jenis daging lain dalam racikan bumbunya, yaitu daging domba.
Menurut beliau bahwa racikan bumbunya yang dimasak dengan menggunakan daging domba lebih enak jika dibandingkan dengan menggunakan jenis daging yang lain.
Mengkaji dari data sejarah tersebut di atas, antara Wanayasa dan Plered terdapat sebuah sinergi yang mencuatkan nama Maranggi sebuah sebuah kuliner yang kemudian mengemuka dan menjadi ikon Kabupaten Purwakarta.
Memang dalam melihat angka tahun, Wanayasa memang lebih muda dibandingkan dengan Plered.
Namun dilihat dari jenis daging yang digunakan membuat kedua daerah tersebut dapat dikatakan sebagai awal mula adanya Sate Maranggi di Kabupaten Purwakarta.
Wanayasa merupakan “pencipta” dari Sate Maranggi dengan menggunakan bahan dasar daging domba, sedangkan Plered merupakan “pencipta” Sate Maranggi” dengan menggunakan bahan dasar daging sapi dan kerbau.
2. Asal-usul sate maranggi versi 2
Melansir dari National Geographic, tak banyak yang tahu bahwa sate Maranggi memiliki sejarah panjang yang menarik untuk disimak.
Ia memiliki akulturasi dari unsur budaya, agama, serta geopolitik.
Menurut Chef Haryo Pramoe, Sate Maranggi sebenarnya berasal dari para pendatang dataran Tiongkok yang menetap ke Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat atau para pendatang yang hidup di tengah-tengah masyarakat Sunda.
Oleh karena itu, lanjutnya, awalnya Sate Maranggi sebenarnya bukan terbuat dari daging sapi atau kambing seperti sekarang ini, melainkan dibuat dari daging babi.
Salah satu indikasi Sate Maranggi berasal dari Tiongkok karena bumbu rempah yang digunakan sama persis dengan dendeng babi dan dendeng ayam yang dijual di Hongkong, Tiongkok, dan Taiwan.
Kemudian Sate Maranggi pun bertransformasi.
"Terjadi asimilasi, di mana terjadi perkembangan budaya. Ajaran Islam masuk, banyak penduduk yang belajar Islam dan menjadi mualaf, dijelaskan jika babi haram kemudian berubah menjadi daging sapi.
Ini adalah bentuk perkembangan kebudayaan," ungkap Chef Haryo yang pernah memasak Sate Maranggi di World Halal Food Festival di Ning Xia, Tiongkok, tahun 2014.
Selain Sate Maranggi, Chef Haryo dan para peneliti serta penulis buku juga mengatakan jika sebenarnya banyak resep makanan di Indonesia yang menyerap resep masakan Tiongkok. Makanan-makanan tersebut aslinya mengunakan daging babi.
"Ada bakso, bakpao, bakmi, kata 'ba' sebenarnya berasal dari kata babi. Makanan sangat mudah menyerap dalam suatu budaya," tambahnya.
"Tetapi sesuai perkembangan dan ajaran agama Islam yang kuat di Indonesia, makanan juga menyesuaikan. Urusan klaim mengklaim makanan itu sebenarnya sudah berunsur geopolitik."
]Nah itulah 2 versi mengenai asal ususl sate Maranggi.
Terlepas dari perbedaan asal-usul ini, sate Maranggi jadi salah satu destinasi kuliner yang wajib Sase Lovers kunjungi saat singgah atau berkunjung ke Purwakarta.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Nasi Uduk, Makanan Khas Betawi yang Bukan Sekedar Nasi Berbumbu Saja