Pendiri atau pelopor Sate Klathak adalah Mba Ambyah yang berasal dari Jejeran, Desa Wonokromo, Kecamatan Prele, Kabupaten Bantul.
Menu sate ini sudah ada sejak Mba Ambyah memulai usahanya pada tahun 1940-an.
Kenyataan menunjukkan kehadiran Sate Kratak di Bantul yang dipelopori oleh Mbah Ambyah mampu memberikan ciri khas tersendiri bagi Kabupaten Bantul dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dulunya Kota Yogyakarta disebut Kota Gudeg dan Kota Bakpia, namun kini namanya disebut Kota Sate klathak.
Keberadaan Sate Kratak tidak terlepas dari gagasan untuk mewujudkan potensi daerah, di saat banyak usaha peternakan kambing yang dijalankan oleh masyarakat Jejeran.
Menu sate yang kini dikenal dengan nama sate klathak ini lahir ketika Mba Ambyah seorang pionir usaha sate di Jejeran, Wonokromoh, membuka warung sate di bawah pohon melinjo yang buahnya disebut 'klathak;.
Menu sate ini kemudian dikenal dengan nama sate klathak, karena buah ini sering bertebaran di warung sate Mbah Ambyah.
Istilah sate klathak berasal dari bunyi yang dihasilkan saat sate dipanggang.
Namun beberapa pendapat lain menyebut, munculnya nama sate klathak ini karena suara 'tak..tak' yang muncul saat membakar sate.
Munculnya suara ini terjadi saat percikan garam dicipratkan pada daging yang etrkena tungku yang terbuat dari tanah liat.