SajianSedap.com - Masyarakat Betawi yang tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya mungkin sudah tidak asing dengan gabus pucung.
Selain kerak telor, hidangan berwarna hitam pekat ini juga menjadi salah satu kuliner khas Betawi.
Namun seiring zaman, kini tak banyak warga Jakarta yang tahu tentang gabus pucung, karena tak banyak juga penjualnya.
Sebaliknya akan lebih mudah mencarinya di pinggiran Jakarta, seperti di Pondok Cabe, Pamulang, Ciputat, Sawangan, hingga Parung, Bekasi, Bogor, Tangerang, dan Depok.
Banyak orang menyebut hidangan ini mirip dengan rawon karena sama-sama berupa hidangan berkuah berwarna hitam.
Yang membedakan adalah isian pada gabus pucung berupa ikan dan pada rawon berupa daging.
Namun hidangan ini tidak hanya menjadi kelezatan yang memanjakan lidah, tetapi juga merangkum kekayaan tradisi.
Seperti apa filosofi dari gabus pucung?
Simak berikut ini selengkapnya yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.
Fakta Gabus Pucung Khas Betawi
Berikut ini sederet fakta menarik dari gabung pucung dari Betawi yang harus Anda ketahui.
Baca Juga: Fakta Sate Blengong, Kuliner Khas Brebes yang Tidak Dapat Ditemukan di Daerah Manapun!
1. Asal-usul Gabus Pucung
Dilansir dari Tribunnews, Pucung adalah sebutan untuk buah kluwak yang banyak digemari oleh masyarakat Betawi.
Di zaman dahulu sekitar tahun 1970an, Bekasi dan sekitarnya masih didominasi oleh rawa-rawa, empang dan sungai yang menjadi tempat hidup ikan gabus.
Pada zaman penjajahan Belanda, jenis ikan mas dan mujaer terbilang cukup mahal, maka untuk menyiasatinya warga Betawi menggunakan ikan gabus untuk membuat makanan.
Dikarenakan ikan gabus bisa mereka temukan di alam bebas dan berkembang secara liar di sungai atau rawa-rawa.
Gabus Pucung masuk di budaya Betawi yang cukup berkembang di zamannya.
Tradisi yang tak bisa dipisahkan dengan Gabus Pucung adalah nyorog yang berarti memberikan.
Atau dalam pemahaman yang lebih luas adalah mengantarkan makanan yang dimasak dari anak kepada orangtua atau menantu kepada mertua.
Tradisi ini biasanya dilakukan saat menjelang puasa atau lebaran sebagai pengikat tali silaturahim.
2. Mirip rawon
Gabus pucung merupakan lauk sekaligus sayur untuk teman makan nasi. Makanan ini termasuk masakan ikan dengan tekstur kuah mirip rawon.
Rasa asin, gurih, dan pedas cukup dominan. Warna hitamnya berasal dari pucung atau kluwak.
Ada dua cara penyajian ikan gabus pucung. Pertama, disajikan dengan ikan gabus yang digoreng terlebih dahulu. Kedua, ikannya dioven kering, dan ikan dan kuah dimasak terpisah.
Baca Juga: Fakta Unik Nasi Becek Khas Nganjuk yang Jarang Orang Tahu, Sering Dikira Soto Daging
Hal ini untuk menjaga agar ikannya tetap keras dan kenyal.
Gurih kuahnya berasal dari bumbu kemiri, bawang merah, bawang putih, jahe, dan kunyit daun salam.
Sebagai penghias warna lain, biasanya di atasnya ditaruh cabe utuh dan daun bawang yang dipotong kecil serta sereh.
Gabus pucung sangat nikmat disantap bersama nasi putih hangat.
3. Masuk warisan budaya Indonesia
Disebutkan dalam Indonesia.go.id, gabus Pucung tercatat sebagai salah satu dari 96 warisan budaya Indonesia dan satu dari delapan warisan yang berasal dari DKI Jakarta.
Warisan budaya Betawi selain gabus pucung adalah upacara atau ritual Babarit, nasi uduk, sayur besan, kerak telor, roti buaya, bir pletok, dan seni tradisi Blenggo.
Baca Juga: Masuk Daftar Salad Terbaik di Asia Versi Taste Atlas, Begini Fakta Menarik Gado-gado