Sama-sama Terbuat dari Beras Seperti Nasi, Ternyata Ini Alasan Sarapan Bubur Bikin Perut Cepat Lapar

By Amelia Pertamasari, Rabu, 20 Maret 2024 | 19:45 WIB
Makan bubur. (Kompas)

SajianSedap.com - Bubur nasi dari beras adalah salah satu makanan yang disukai oleh banyak orang.

Makanan ini memiliki rasa yang lembut dan menyatu karena beras telah direbus hingga hancur dan menghasilkan tekstur yang kental.

Banyak orang Indonesia suka mengonsumsinya sebagai sarapan.

Sebab bubur mudah dicerna, utamanya baik bagi orang yang sedang sakit atau mengalami masalah pencernaan.

Namun hanya selang beberapa jam setelahnya, perut bisa dipastikan akan kembali keroncongan. Padahal, bubur yang kita konsumsi sudah dalam porsi yang cukup besar.

Belum sampai tiba makan siang, perut sudah menuntut asupan makanan secara berlebihan.

Nah, mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah makan bubur memang membuat perut cepat lapar?

Hampir mereka yang memilih sarapan bubur akan mudah lapar dibanding mereka yang sarapan dengan sepiring nasi beserta lauk pauknya.

Hal ini hampir dialami oleh semua orang, baik laki-laki maupun wanita. Padahal bubur juga dibuat dari beras seperti nasi putih.

Mengapa sarapan bubur membuat cepat lapar

Melansir dari The Sun, bubur terdiri dari banyak sekali karbohidrat.

Dan karbohidrat akan dirombak tubuh menjadi glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan menaikkan level gula dalam darah.

Baca Juga: Meski Hemat Waktu untuk Sahur, 6 Makanan Ini Sebaiknya Jangan Dipanaskan, Bahaya!

Semakin cepat gula dalam darah naik, akan semakin cepat pula gula dalam darah merosot drastis. Hal inilah yang membuat kita jadi cepat lemas dan lapar seakan tak bertenaga.

Bubur biasanya hanya dilengkapi dengan sedikit lauk dan sayuran, sehingga karbohidrat yang ada sangat tinggi dengan serat dan protein yang sangat rendah.

Semakin banyak serat yang masuk ke saluran cerna, akan semakin lama proses pencernaan makanan yang terjadi. Dan hal ini akan membuat kita merasa kenyang lebih lama.

Nah karena bahan pelengkap bubur biasanya "miskin" akan serat, maka proses perombakan makanan pun akan terjadi lebih cepat. Efeknya, kita menjadi lebih mudah lapar dalam waktu singkat.

Yang bisa memperlambat proses perombakan makanan selain serat adalah protein juga lemak.

"Ketika tubuh mengonsumsi refined carbohydrates atau karbohidtrat yang memiliki stuktur glukosa tunggal dalam jumlah banyak, pankreas akan menandai hal tersebut sebagai lonjakan glukosa dalam darah, sehingga pankreas akan melepaskan insulin dalam jumlah banyak," begitu papar Rhiannon Lambert, ahli gizi dari Amerika.

Ketika insulin banyak keluar, maka akan ada banyak glukosa yang hilang dari aliran darah.

Hal inilah yang menyebabkan level glukosa dalam darah turun drastis dan membuat Anda terdera lelah dan lapar.

Selain bahan pendamping bubur yang relatif lebih sedikit dan berstruktur sederhana daripada nasi, proses pemasakan bubur yang lebih lama dibanding nasi juga menaikkan indeks glikemik bubur.

Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan seberapa cepat gula darah kita bisa naik.

Semakin tinggi angka indeks, akan semakin cepat pula gula darah melonjak tinggi.

Baca Juga: Jadi Pertanyaan Setahun Sekali, Ini Jawaban Dari Pertanyaan, 'Kenapa Harus Makan Kurma dalam Jumlah Ganjil saat Berbuka Puasa?'

Jadi agar bubur tak membuat cepat lapar, konsumsilah bubur dengan diimbangi menu lain yang kaya serat, protein dan lemak.

Semisal mengudap buah alpukat atau apel sesudah menghabiskan semangkuk bubur ayam.

Info: Pengidap Diabetes Sebaiknya Tidak Makan Bubur

Diabetes yang tidak terkontrol memiliki banyak konsekuensi serius, termasuk penyakit jantung, penyakit ginjal, kebutaan, dan komplikasi lainnya.

Bagi pengidap diabetes, banyak pantangan yang harus diterapkan, salah satunya mengonsumsi nasi putih.

Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, SpGK (K), Ketua Departemen Medik Ilmu Gizi, RSCM, menuturkan bahwa nasi yang baik dikonsumsi oleh tubuh adalah nasi yang sudah dingin dan karbohidrat olahan seperti bubur.

Alasannya, nasi dingin memiliki indeks glisemik yang rendah.

Indeks glisemik adalah skala atau angka yang diberikan kepada makanan tertentu berdasarkan seberapa cepat makanan tersebut meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.

Semakin tinggi angka indeks glisemik, makan semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula darah dan sebaliknya.

“Sebaiknya jangan langsung mengonsumsi nasi yang baru matang. Sebab, ketika nasi dalam keadaan panas, indeks glisemiknya justru tinggi. Ketika indeks glisemik tinggi akan membuat kadar gula dalam darah juga naik. Hal ini tidak baik untuk penderita diabetes,” ungkapnya.

Dalam penjelasannya, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, SpGK (K) menyarankan agar mendinginkan nasi terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

“Setelah nasi matang, sebaiknya taruh di bakul atau tempat nasi dan tunggu hingga dingin. Setelah dingin baru boleh dikonsumsi. Saat nasi dingin, indeks glisemiknya rendah sehingga tidak akan membuat kadar gula darah naik,” jelasnya.

Lanjutnya, “Sebaiknya, jangan simpan nasi di dalam penghangat nasi (warmer), karena dapat meningkatkan indeks glisemiknya. Untuk para penderita diabetes juga sebaiknya tidak mengonsumsi bubur, karena bubur ini kan nasi yang dimasak sampai hancur. Otomatis indeks glisemiknya juga tinggi,” tutupnya.

Baca Juga: 3 Alasan Darurat Yang Jarang Disadari dari Bahaya Dapur Berdampingan dengan Kamar Tidur, Apa Saja?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ini Alasan Ilmiah Mengapa Sarapan Bubur Bikin Cepat Lapar