Mengenal Kuah Beulangong, Makanan Khas Ramadhan Asal Aceh yang Hanya Dimasak oleh Kaum Pria

By Idam Rosyda, Selasa, 26 Maret 2024 | 16:12 WIB
sejarah kuah beulangong (Zulkarnain/kompas.id)

Memasak kuah beulangong secara bergotong-royong sudah menjadi suatu tradisi di Aceh, khususnya Aceh Rayeuk (Kabupaten Aceh Besar) dan Kota Banda Aceh.

Tradisi ini sudah ada sejak masa kesultanan Aceh.

Menurut cerita, raja-raja Aceh dulu untuk menjaga kesatuan dan mempererat rasa silaturahmi, maka raja sering menggelar kenduri kuah beulangon.

Hingga saat ini, tradisi yang melibatkan banyak warga untuk memasak khususnya kaum adam ini masih terus dilestarikan.

Anda bisa menjumpai kuah beulangong di sejumlah hajatan-hajatan besar atau kecil, baik pesta perkawinan, acara keagamaan, acara adat, atau ada juga yang memasaknya hanya untuk menjaga kekompakan antar warga saja.

Yang uniknya, hampir di setiap gampong (desa) di Aceh memiliki “beulangong” (kuali besar), dengan jumlah paling sedikit 4 buah.

Seperti di Desa Lamleubok, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar ini, kuali-kuali besar tersebut di simpan di “meunasah” (tempat ibadah/mushola) desa, dan warga secara gotong-royong mengambilnya untuk di bawa ke tempat hajatan.

Kuah beulangong tidak hanya terdapat di kawasan Aceh Besar dan Banda Aceh saja, hampir semua kabupaten di Aceh bisa Anda jumpai dan nikmati masakan kuah beulangongini.

Dan untuk rasa dan bahannya hampir sama, yaitu sama-sama enak dan kaya akan bumbu.

Baca Juga: Alasan Ketupat Selalu Ditemani Opor Saat Lebaran, Ada Makna dan Filosofi Mendalam