Bukan Obat Sakit Kepala, Diam-diam Bahan Dapur Ini Bisa Jadi Pemicu Anemia Aplastik

By Raka, Jumat, 19 April 2024 | 18:23 WIB
Bahan dapur yang bisa jadi pemicu anemia aplastik (Twitter dan media.licdn)

SajianSedap.com - Jagat maya dihebohkan soal kabar salah satu merek obat sakit kepala terkenal bisa jadi pemicu anemia aplastik.

Ditambah lagi meninggalnya Komika Babe Cabita di awal april lalu membuat penyakit ini kian diperbincangkan.

Anemia aplastik merupakan salah satu penyakit autoimun langka.

Berbeda dengan anemia yang dikenal masyarakat atau anemia hemolitik dimana kondisi kurang darah yang disebabkan oleh kurangnya zat besi, anemia aplastik adalah kondisi dimana sumsum tulang belakang berhenti memproduksi sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Kekurangan sel darah merah bisa membuat seseorang jadi sulit beraktifitas.

Tak cuma itu saja, ada beberapa kondisi pengidap anemia aplastik yang justru jadi sulit sembuh dari luka, mudah lemas dan juga sensitif terhadap suhu ruangan.

Melansir CNN Indonesia, Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Noorman Effendi menegaskan, kandungan propyphenazon dalam obat sakit kepala tersebut aman digunakan sepanjang sesuai indikasi, dosis, dan aturan pakai sebagaimana tertera pada kemasan dan digunakan dalam jangka pendek.

Cara penggunaan obat sakit kepala tersebut juga sudah ada dalam kemasan.

"Jadi memang tidak untuk pengobatan dalam jangka waktu lama," tegas Noorman turut menanggapi ramainya unggahan soal efek samping risiko anemia aplastik.

Tapi Sase lovers juga harus berhati-hati.

Karena ada salah satu bahan dapur yang bisa jadi pemicu autoimun seperti anemia aplastik.

Baca Juga: Belajar dari Babe Cabita Meninggal Dunia Usai Berjuang Melawan Anemia Aplastik, Ternyata Makanan Ini Disarankan untuk Dikonsumsi Pengidapnya

Bahan Makanan Penyebab Anemia Aplastik

Dilansir dari yalemedicine.org, sebuah uji pra-klinis menemukan pola makan tinggi garam meningkatkan level sel imun yang terkait dengan penyakit autoimun seperti multiple sclerosis ini.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan garam memiliki peran pada penyakit autoimun yang sebelumnya belum pernah diketahui pemicunya, misalnya pada diabetes tipe 1 atau multiple sclerosis.

Selain itu, seorang ahli imunobiologi dari Universitas Yale, David Hafler juga sempat melakukan penelitian mengenai garam dan multiple sclerosis.

Hafler meneliti kaitan antara garam dan penyakit autoimun ketika ia sedang melakukan riset tentang mikroba usus, sebuah sensus mikroba usus dan fungsi sel pada 100 orang sehat.

Ia menemukan ketika orang-orang tersebut makan di restoran cepat saji lebih dari satu kali seminggu, mereka menunjukkan peningkatan level sel inflamasi yang merusak.

Sel autoimun yang aktif tersebut diketahui adalah sel T helper 17 atau sel Th17, yakni sel yang memicu inflamasi yang sebenarnya penting dalam melawan patogen.

Tetapi sel ini juga terkait dengan penyakit imun seperti multiple sclerosis, psoriasis, artritis rematoid, dan sebagainya.

Dalam dunia kedokteran saat ini, pengobatan penyakit autoimun, seperti multiple sclerosis adalah dengan memanipulasi fungsi sel T.

Meski tim peneliti belum mengetahui dengan jelas bagaimana terjadinya penyakit autoimun dan kaitannya dengan aktivitas sel T tadi, namun mereka yang menderita penyakit autoimun disarankan untuk membatasi asupan garamnya.

Autoimun dipercaya sangat erat dengan pola makan sehari-hari.

Baca Juga: Tak Melulu Obat, 5 Makanan Ini Ini Menambah Darah di Tubuh, Pengidap Anemia Bisa Konsumsi

Karenanya, menurut Susan Hartono MSc, CHt, penyakit autoimun bisa dikendalikan dengan hidup sehat salah satunya mengonsumsi makanan alami dan sehat.

Susan mengatakan ada beberapa jenis makanan yang harus dihindari pengidap penyakit ini.

"Makanan yang harus dihindari adalah makanan yang mengandung gluten, jadi gluten itu adanya di tepung terigu dan gandum. Seperti turunannya roti, pasta, dan makanan yang mengandung perasa, pemanis buatan, dan segala sesuatu yang bersifat adiktif, termasuk mi instan," jelasnya.

Ia juga menyarankan agar mengimbangi pola hidup sehat dengan tidak makan makanan yang dilarang tadi, terlebih jika memasukan makanan itu ke dalam tubuh.

"Kalau terlanjur mengonsumsi makanan yang tidak sehat, maka harus diimbangi dengan makanan sehat. Kurangi makanan kemasan yang ada pengawetnya, kurangi juga makanan cepat saji. Lebih baik menyiapkan makanan di rumah, makan makanan yang alami yang lebih dekat dengan alam," paparnya.

Baca Juga: Pantas Disajikan Saat Buka Puasa, Kurma Ternyata Dapat Mencegah Anemia