“Kami mengambil konsep makanan yang karakternya bisa disantap secara cepat, sehingga pengujung tidak perlu terlalu lama berada di dalamnya,” jelas Luhur.
Tak heran bila kedai ini hanya terdiri dari 1 ruangan memanjang saja, dilengkapi kursi-kursi tinggi bagi para pengunjung untuk menyantao menu mi yang dipesannya.
Sambil menikmati semangkuk mi ayam pesanannya, pengunjung pun bisa menyaksikan para chef membuat dan meracik sajian mi secara langsung.
“Kita juga sengaja membuat open kitchen agar lebih menarik pengunjung,” tambah Luhur.
Luhur juga menjelaskan, ia dan Wale ingin sekali menampilkan resto khas Tiongkok.
Baca Juga : Review Ayam Geprek Mr.Chiz, Ada yang Beda Dari Sambalnya, Apa, ya?
Namun pada akhirnya, kedai Demie Bakmie 69 justru terlihat seperti resto ala Jepang.
Bisa jadi karena pengunaan warna putih dan biru pada interiornya.
“Sebenarnya ingin menampilkan yang kental nuansa Chinese-nya, tapi kami mengambil warna dominasi biru pada interiornya,” ujarnya sambil berkata, “Memang, sih, biasanya resto Chinese, kan, identic dengan dominasi warna merah, ya. Nah, kami ingin menampilkan yang beda.”
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR