SajianSedap.com - Kalau Anda mengira mudah menemukan Rumah Makan Padang di Sumatera Barat, Anda salah besar.
Soalnya, rumah makan padang sendiri sulit kita temukan di Sumatera Barat, lo.
Padahal, restoran Padang bisa kita lewati di setiap jalanan di Jakarta.
Baca Juga: Sering Dianggap Sehat, Terong Ternyata Bisa Menimbulkan Gangguan Pencernaan, Waspada!
Bahkan, sampai pelosok desa di Indonesia pun, rumah makan padang pasti bisa ditemui.
Lalu, kenapa ya rumah makan padang tak ada di Sumatera Barat?
Selain itu, tahukah Anda alasan kenapa nasi padang lebih banyak kalau dibungkus?
Kenapa Rumah Makan Padang Tak Ada di Sumatera Barat?
Alasan rumah makan padang tak ada di Sumatera Barat akhirnya dibeberkan Reno Andam Suri, penulis buku 'Rendang Traveler' saat dihubungi KompasTravel.
"Karena kalau di luar daerah, mereka perlu penamaan, mereka itu makanan Padang. Tapi kalau yang sudah di dalam Sumatera Baratnya, mereka udah gak perlu penamaan, cukup merk saja," ujar Reno.
Di Sumatera Barat sendiri, Anda tidak akan menemukan rumah makan yang seperti ada di sini yang menyajikan berbagai macam masakan padang.
Baca Juga: Ajaib! Tanpa Operasi, Batu Ginjal Ternyata Bisa Keluar Sendiri Hanya Dengan Konsumsi 5 Makanan Ini!
Reno menjelaskan, di daerah Sumatera Barat mereka menjual yang spesifik dari masakan padang yang ada di Jakarta.
Rumah makan yang di Jakarta dan daerah-daerah selain Sumatera Barat hanya menyajikan makanan standard masakan Padang.
Selain rendang, beberapa varian menu yang jadi favorit pengunjung olahan ayam seperti ayam pop, ayam goreng, ayam bakar, ayam gulai, juga ayam rendang.
Seperti contohnya beberapa rumah makan di Sumatera Barat yang memiliki spesifikasi berikut ini:
Mencari spesialis gulai, Anda bisa menuju ke daerah Bungus.
Namun apabila tidak sempat ke daerah sana, Anda bisa mencoba restoran Lamun Ombak yang menjual spesialis gulai.
Mau mencoba ayam goreng? Anda bisa pergi ke restoran Pagi-Sore yang ada di daerah Pecinan.
Lain lagi apabila mau mencoba Dendeng Baracik, Anda bisa ke daerah Solok.
Baca Juga: Tak Banyak Yang Tahu, Gula Aren Ternyata Bisa Sebabkan Penyakit Jika Dikonsumsi Terlalu Sering!
"Karena daerah yang ada di Sumatera Barat jauh-jauh ya, jadi mereka punya macam spesifik dan gaya masing-masing," tutur Reno.
Kenapa Nasi Padang Lebih Banyak Kalau Dibungkus?
Siapa yang menyadari kalau Rumah Makan Padang selalu memberikan porsi nasi lebih banyak kalau dibungkus.
Makan di tempat diberi 1 centong nasi, untuk bungkus diberi 2 centong nasi.
Hal ini sebenarnya jadi pertanyaan banyak orang.
Walau terkesan tidak adil, tapi jarang ada pembeli yang protes.
Semuanya setuju saja.
Kebiasaan ini pun sudah berlangsung entah dari kapan hingga saat ini di seluruh rumah makan Padang.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Jika ditanya kisahnya, sebenarnya ada cukup banyak versi.
Tapi kami rangkum 2 kisah yang paling terkenal dan paling masuk akal.
1. Saudagar Belanda Vs. Rakyat Jelata
Kisahya dimulai pada zaman Belanda.
Pada masa itu, restoran Padang dipercaya sebagai restoran kaum elite.
Jadi banyak saudagar Indonesia atau orang Belanda yang makan di sana.
Karena itu, rakyat jelata jadi segan untuk makan nasi Padang di tempat.
Padahal restoran Padang pada masa itu sudah punya harga yang murah, lo.
Mengetahui hal itu, pemilik restoran Padang pun berinisiatif memberi porsi nasi lebih kepada rakyat jelata yang membungkus.
Baca Juga: Makanan Penyebab Asam Lambung, Bukan Hanya Kopi, Justru 4 Makanan Enak Ini Penyebab Utamanya!
Tujuannya agar cukup dimakan sampai dua orang mengingat jaman dulu orang pribumi sangat miskin.
Jadi porsi nasi yang dibungkus ini menunjukkan kebaikan hati pemilik restoran Padang pada zaman dulu.
2. Biaya Cuci Piring
Versi kedua terdengar lebih realistis dan bukan lagi tentang sejarah.
Katanya sejak dulu, pemilik restoran Padang sudah memperhitungkan biaya operasional sampai sangat detail.
Untuk makan di tempat, pemilik restoran padang harus mengeluarkan biaya membeli sabun cuci piring sampai membayar gaji karyawan.
Sedangkan jika membungkus mereka tidak butuh mencuci piring dan tidak butuh juga menggaji banyak pelayan di restoran.
Akhirnya, dikurangilah porsi nasi saat makan di tempat untuk menutupi biaya sabun cuci piring dan pelayan tersebut.
Sama-sama adil, kan?
Sampai saat ini masih belum ada penelitian yang membuktikan mana kisah yang benar di balik “nasi Padang lebih banyak kalau dibungkus”.
Namun kedua kisah ini bisa jadi informasi tambahan yang membuat kita berhenti bertanya-tanya setiap kali makan nasi padang.
Cukup nikmati saja #KemilauKulinerIndonesia yang lezatnya selangit itu.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR