Cobalah Letakkan Daun Kol di Telapak Kaki Sebelum Tidur, Hal 'Ajaib' Ini Akan Terjadi Besok Pagi
SajianSedap.com - Sayur kol tentunya mudah ditemui di Indonesia.
Sayur ini bahkan sangat nikmat untuk dijadikan berbagai kreasi makanan.
Daun kol ini biasanya sering kita lihat dalam sayur sop dan gorengan.
Daun kol juga sering dijadikan lalapan untuk menetralkan mulut dari bau tidak sedap.
Kol atau kubis dikenal sebagai sumber vitamin, mineral dan serat makanan yang penting.
Baca Juga: Cuma Rutin Minum Jus Tomat Terbukti Ampuh Buat Kita Terhindar Dari Deretan Penyakit Mematikan Ini
Sayuran ini merupakan salah satu sumber terkaya vitamin A, C, E, K dan asam folat, serta memiliki tingkat signifikan belerang, kalsium, zat besi, kalium dan magnesium.
Di sisi lain, kol tidak mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang berbahaya.
Namun siapa sangka, cuma dengan menempelkan kubis pada bagian tertentu dari tubuh ternyata juga memberi manfaat yang mengagumkan, lho!
Yuk kita simak manfaatnya berikut ini.
1. Pembengkakan pada Rangan atau Kaki
Jika alami pembengkakkan pada tangan dan kaki sangat tidak enak rasanya.
Tangan, kaki atau area lain seringkali mengalami bengkak karena kondisi tertentu.
Daun kubis sangat berguna dan efektif dalam mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
Yang perlu kita lakukan adalah membungkus beberapa daun kol segar di tangan, kaki atau area mana pun yang mulai membengkak.
Setelah itu bungkus dengan perban agar tidak lepas.
Untuk hasil maksimal, gunakan kol untuk membungkus bagian yang bengkak sebelum tidur, sehingga keesokan harinya kita mendapati bengkak akan hilang.
2. Sakit kepala
Selain bisa untuk mengobati pembengkakan, daun kol juga bisa digunakan untuk meredakan sakit kepala.
Kadang-kadang ketika seseorang memiliki sakit kepala yang parah, itu mungkin menunjukkan sesuatu yang salah dengan mata.
Sakit kepala juga bisa berkaitan dengan stres atau kelelahan yang berlebihan.
Jika ingin menghilangkannya dengan cara alami, menerapkan kompres daun kol segar ke pelipis dan bagian atas kepala adalah solusi yang bagus.
Untuk menjaga daun kol tetap berada di kepala, kita bisa menggunakan topi setelah daun kubis dipasang pada kepala.
Beberapa saat kemudian, sakit kepala akan benar-benar hilang.
Begini Asal Usul Sayur Kol, dari Eropa hingga jadi Lalapan Orang Indonesia
Bangsa Eropa kala itu membawa sayur kol ke Indonesia sebagai untuk ditanam dan dibudidayakan.
Fadly menyebut berdasarkan serat Centhini terbitan tahun 1816, ada sayuran-sayuran dari Eropa yang dibawa seperti peterseli, kol, kentang, nanas dan sayuran lainnya.
"Sayuran itu yang dibutuhkan mereka pada masa itu.
Kol memang disukai sebagai sayuran pelengkap, entah sebagai garnis, entah bahan di sayur seperti sop.
Artikel berlanjut setelah video di bawah ini.
Kol punya kandungan air yang cukup. Itu kenapa kalau sekarang pecel lele, ada juga kol digoreng." katanya.
Pada awalnya, sayur kol dimasak orang Belanda jadi makanan bernama zuurkool, stamppot, boerenkool soep, dan sauerkraut.
Kuliner tersebut biasa disantap oleh orang Belanda.
"Misal di resep-resep eropa seperti sup kol.
Kol memang dimanfaatkan sebagai bahan sayuran dan dimasak bersama daging kaldu.
Artikel ini pernah dimuat di Intisari Online dengan judul : "Minum Air Lada untuk Bantu Menurunkan Berat Badan hingga Kesehatan Tulang"
Sama persis dengan kita seperti tongseng atau disesuaikan dengan kondisi.
Lama-lama setelah dibudidayakan lokal, sebagai kuliner lokal indonesia," katanya.
Saat ini, lanjut Fadly, sayur kol telah menjadi bagian dari kuliner Indonesia baik di skala domestik maupun industri kuliner.
Ia mengatakan sayur kol digemari lantaran punya kandungan air yang tinggi.
"Itu alasan kenapa kol juga dipakai sebagai sensasi tersendiri untuk bahan makan seperti lalapan.
Perkembangannya, setelah kol dibudidayakan secara agrikultur, kol jadi varietas lalapan misalnya orang Sunda.
Kol itu sebenarnya bukan tanaman lokal di Jawa Barat," ujarnya.
-----
Dapatkan aneka resep praktis dan mudah langsung dari handphone sase lovers dengan berlangganan emagz tabloid saji dengan klik di sini
Penulis | : | Rafida Ulfa |
Editor | : | Rafida Ulfa |
KOMENTAR