Baca Juga: Cara Mendapatkan Operasi Hernia Gratis dengan BPJS, Syaratnya Bikin Hati Tenang
Akan tetapi, hanya B, C, dan D yang dapat menyebabkan infeksi kronis dan dari ketiga jenis tersebut, hepatitis C adalah yang paling bermasalah.
Pasalnya, walaupun sama-sama bisa menyebabkan sirosis dan kanker, hepatitis B dapat sembuh dengan sendirinya bila kekebalan tubuh meningkat.
Sebaliknya, virus hepatitis C sulit untuk dieleminasi oleh sistem imunitas tubuh sehingga dapat berlanjut menjadi komplikasi serius.
Selain itu, 80 persen kasus hepatitis C juga tidak menunjukkan gejala apa-apa karena hati tidak memiliki saraf.
Beberapa penyebab dari tertularnya seseorang karena Hepatitis C disebabkan oleh penggunaan narkoba suntik (27,52%), hemodialisis (15,16%), keluarga pengidap hepatitis C (13,83%), pasca operasi (8,54%), hubungan seks tidak aman (7,51%), tranfusi darah (6,84%), tato atau tindik (5,89%), tenaga kesehatan (4,42%), dan transplantasi organ (0,37%).
Dikarenakan jalur penularan tersebut, hepatitis C pun sering kali hadir bersamaan dengan infeksi lain (koinfeksi), seperti HIV.
Untuk memenuhi target WHO dan Kemenkes yang mengharapkan eradikasi virus hepatitis C pada tahun 2030.
Beberapa program, mulai dari screening hingga pengobatan, pun dilaksanakan.
Kini, screening dapat dilakukan pada tingkat Puskesmas dan dilakukan pada risiko tinggi, yaitu pengguna narkoba suntik, pasien hemodialisis, keluarga dengan penderita hepatitis C, dan petugas kesehatan dan pasien yang kontak darah dengan penderita hepatitis C.
Sejauh ini, Kemenkes sudah memiliki 41 unit, tetapi diagnosis hepatitis C di Indonesia masih sangat rendah.
Penulis | : | Laksmi Pradipta Amaranggana |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR