SajianSedap.com - Ini dia tes untuk mendeteksi gagal ginjal akut pada anak.
Tes untuk mendeteksi gagal ginjal akut pada anak ini bisa jadi bentuk pencegahan yang dilakukan orang tua.
Soalnya kini tes untuk mendeteksi gagal ginjal akut ini banyak dilakukan.
Belakangan sedang ramai isu gagal ginjal akut pada anak yang disebut disebabkan karena konsumsi obat sirup.
Pemerintah bahkan telah menarik beberapa merek obat sirup di pasaran yang disebut mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG), yang dikaitkan gangguan ginjal akut.
Kedua bahan ini pasalnya tidak boleh berada dalam produk obat.
Nah, kalau anak Anda juga pernah mengonsumsi obat sirup dan menunjukkan beberapa gejala tak wajar, berikut ini ada tes yang bisa orang tua lakukan.
Ini dia tes untuk mendeteksi gagal ginjal akut pada anak.
Gangguan ginjal akut (accute kidney injury), juga dikenal sebagai gagal ginjal akut (ARF), adalah episode tiba-tiba gagal ginjal atau kerusakan ginjal yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari.
AKI menyebabkan penumpukan produk limbah dalam darah dan menyulitkan ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan yang tepat dalam tubuh.
AKI juga dapat mempengaruhi organ lain seperti otak, jantung, dan paru-paru.
Cedera ginjal akut sering terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit, di unit perawatan intensif, anak-anak, dan terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
Tanda dan gejala cedera ginjal akut berbeda tergantung pada penyebabnya dan mungkin termasuk terlalu sedikit urin yang keluar dari tubuh, bengkak di kaki, pergelangan kaki, dan sekitar mata, kelelahan dan sesak napas.
Penderitanya biasanya juga kebingungan, sesak napas, mual, kejang atau koma pada kasus yang parah, dan nyeri dada atau tekanan.
Dalam beberapa kasus, AKI tidak menimbulkan gejala dan hanya ditemukan melalui tes lain yang dilakukan oleh dokter.
Tergantung pada penyebab cedera ginjal akut, dokter akan menjalankan tes yang berbeda jika dia mencurigai menderita AKI.
AKI penting untuk ditemukan sesegera mungkin karena dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis, atau bahkan gagal ginjal. Ini juga dapat menyebabkan penyakit jantung atau kematian.
Tes berikut dapat dilakukan:
- Mengukur keluaran urin: Dokter akan melacak berapa banyak urin yang dikeluarkan anak setiap hari untuk membantu menemukan penyebab AKI.
- Tes urin: Dokter akan melihat urin anak (urinalisis) untuk menemukan tanda-tanda gagal ginjal
- Tes darah: Tes darah akan membantu menemukan kadar kreatinin, urea nitrogen fosfor dan kalium harus dilakukan selain tes darah untuk protein guna melihat fungsi ginjal.
- GFR: Tes darah juga akan membantu menemukan GFR (laju filtrasi glomerulus) untuk memperkirakan penurunan fungsi ginjal
Baca Juga: Cara Operasi Batu Ginjal Gratis dengan BPJS, Mudah dan Bisa Segera Ditangani
- Tes pencitraan: Tes pencitraan, seperti ultrasound, dapat membantu dokter melihat ginjal dan mencari sesuatu yang abnormal.
- Biopsi ginjal: Dalam beberapa situasi, penyedia layanan kesehatan akan melakukan prosedur di mana sepotong kecil ginjal diangkat dengan jarum khusus, dan dilihat di bawah mikroskop.
Perawatan untuk AKI biasanya mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit. Kebanyakan anak dengan cedera ginjal akut sudah di rumah sakit karena alasan lain.
Berapa lama anak akan tinggal di rumah sakit tergantung pada penyebab AKI dan seberapa cepat ginjal pulih.
Dalam kasus yang lebih serius, dialisis mungkin diperlukan untuk membantu menggantikan fungsi ginjal sampai ginjal pulih.
Tujuan utama dari dokter adalah untuk mengobati apa yang menyebabkan cedera ginjal akut.
Dokter akan bekerja untuk mengobati semua gejala dan komplikasi sampai ginjal pulih.
Setelah mengalami AKI, peluang anak untuk mengalami masalah kesehatan lain (seperti penyakit ginjal, stroke, jantung) lebih besar atau mengalami AKI lagi di kemudian hari.
Peluang untuk mengembangkan penyakit ginjal dan gagal ginjal meningkat setiap kali AKI terjadi.
Untuk melindungi diri sendiri, kita harus menindaklanjuti dengan dokter untuk melacak fungsi dan pemulihan ginjal.
Cara terbaik untuk menurunkan kemungkinan kita mengalami kerusakan ginjal dan menyelamatkan fungsi ginjal adalah dengan mencegah cedera ginjal akut atau menemukan dan mengobatinya sedini mungkin.
Baru-baru ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta masyarakat untuk mewaspadai penggunaan obat paracetamol.
Terlebih, penggunaan obat paracetamol tersebut terhadap anak-anak.
Melansir dari Tribunnews.com, imbauan tersebut dilakukan sampai berhasil mengidentifikasi penyebab dari gangguan ginjal akut progresif atipikal.
"Ada kecurigaan tentang obat-obatan mengandung dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG). Tapi sampai sekarang belum konklusif atau (diketahui) sebab tunggal," tambah Piprim.
IDAI pun menegaskan rekomendasi ini bukan berarti paracetamol sudah dipastikan sebagai penyebab tunggal.
Namun, sebagai bentuk kewaspadaan dini.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyikapi ramainya isu soal dugaan obat sirup paracetamol untuk anak yang berisiko mengandung cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG), yang dikaitkan gangguan ginjal akut.
Keempat jenis yang ditarik di Gambia, saat ini tidak terdaftar dan tidak beredar di Indonesia.
EG dan DEG disebut kontaminan karena kedua bahan ini tidak diperbolehkan berada pada obat.
Baca Juga: Banyak Menyerang Anak-anak, Begini Cara Mendapatkan Pengobatan Gagal Ginjal Gratis dengan BPJS
"Jadi disebut kontaminan karena kedua bahan ini aslinya tidak boleh atau tidak dimaksudkan ada dalam obat-obatan tersebut," ujar dr. Andi Khoemini Takdir Haruni, Sp.PD, seorang peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
"Misal (sebagai contoh kontaminan) ini ada tepung (untuk membuat roti), terus ada kontaminan pasir, nah artinya pasir itu tidak seharusnya di situ," kata dia.
Ia menyampaikan, ternyata di beberapa negara yang ada obat-obatan yang ditemukan kontaminan etilen glikol dan dietilen glikol itu terjadi gangguan fungsi ginjal pada anak-anak.
Adapun sirup obat-obatan yang dimaksud, yakni:
* Promethazine Oral Solution
* Kofexmalin Baby Cough Syrup
* Makoff Baby Cough Syrup
* Magrip N Cold Syrup.
Keempat produk tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India.
"Ditengarai bahwa salah satu penyebab dari gangguan ginjal tersebut itu dari etilen glikol, dan DEG tadi," lanjut Andi.
"Tentu ini perlu penelusuran lebih lanjut terutama dari pihak yang punya sumber daya untuk menginvestigas hal tersebut dalam hal ini adalah BPOM, Kemenkes, dan industri farmasi," ujar Andi.
Baca Juga: Sepele Tapi Bisa Fatal, Ini Gejala Gagal Ginjal yang Kerap Diabaikan
Lebih lanjut, BPOM melakukan pengawasan secara komprehensif pre- dan post-market terhadap produk obat yang beredar di Indonesia.
"Sesuai dengan peraturan dan persyaratan registrasi produk obat, BPOM telah menetapkan persyaratan bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan EG dan DEG," demikian salah satu poin penjelasan BPOM dikutip dari laman resmi BPOM, Rabu (19/10/2022).
Namun demikian EG dan DEG dapat ditemukan sebagai cemaran pada gliserin atau propilen glikol yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan.
BPOM telah menetapkan batas maksimal EG dan DEG pada kedua bahan tambahan tersebut sesuai standar internasional.
Selain itu BPOM mendorong tenaga kesehatan dan industri farmasi untuk aktif melaporkan efek samping obat atau kejadian tidak diinginkan pasca penggunaan obat.
Selanjutnya, untuk produk yang melebih ambang batas aman akan segera diberikan sanksi administratif.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR