Namun dalam jangka panjang, juga akan ada gangguan berulang dalam pengendalian diri menyebabkan tekanan ekstrem, perselisihan keluarga, kekacauan karena penimbunan barang secara patologis dan menurunkan fungsi area penting, kata Muller.
Seperti yang juga pernah terjadi di China pada 2017 silam, seorang gadis berusia 26 tahun bernama Chang Yanan yang mengalami tekanan psikologis akibat 'ketagihan belanja di online shop'.
Ia memilih mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 13 asramanya karena menyesal dan malu menghadapi keluarganya karena ia telah membohongi mereka selama ini.
Dalam 1 tahun ini ia tak membayar uang pendidikan sebagaimana mestinya dan menggunakan uang tersebut untuk belanja online. Dilaporkan dari wantchinatimes bahwa dia menghabiskan sebanyak 30.000 yuan yang setara dengan Rp 48 jutaan.
Kesemua uang itu ia habiskan rata-rata untuk membeli produk perawatan kulit. Chang menghabiskan uang sebanyak itu dalam jangka waktu dua tahun terakhir.
Meski mungkin hanya beberapa orang saja yang efeknya terekspos ke publik akibat dari kecanduan belanja online, masih banyak pula orang yang terjerat dengan berbagai masalah karena kecanduan belanja.
Sebab hal itu juga seiring banyaknya orang yang gemar berbelanja online, termasuk di negara China ini.
Berdasarkan dari We Are Social Januari 2022 dalam Digital 2022 Global Overview Report, China berada di urutan kelima dengan persentase 64,4 persen sebagai negara yang warganya paling sering belanja online.
Data tersebut diambil dari pengguna internet dengan rentang usia 16-64 tahun yang membeli sesuatu secara online setiap pekannya.
Oleh sebab jangan sampai kita kecanduan belanja online, sebab jika dibiarkan dapat mengakibatkan hal yang tak diinginkan, baik bagi diri sendiri atau orang terdekat.
Guna menghindari hal tersebut, berikut ini kiat-kiat belanja hemat yang bisa diterapkan.
Penulis | : | Amelia Pertamasari |
Editor | : | Raka |
KOMENTAR