Mitos tersebut ditepis oleh Dr.Ikhsan Mokoagow, Sp.PD.
Menurutnya, pasien penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, atau penyakit jantung, justru akan mengalami perburukan penyakit lebih cepat jika tidak meminum obat.
"Pada kondisi tekanan darah tinggi, pembuluh darahnya akan cepat rusak. Nah, di ginjal itu banyak sekali pembuluh darah kecil. Kalau ginjalnya dibuka, itu banyak sekali pembuluh darahnya yang rusak akibat hipertensi. Makanya kalau tekanan darah tidak dikontrol, yang paling duluan rusak adalah ginjalnya," paparnya di sela acara temu media yang diadakan oleh Pfizer di Jakarta (15/4/14).
Masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan efek pengobatan pada ginjal.
"Hanya dengan minum obat yang kecil dosisnya itu, Anda akan terhindar dari kerusakan ginjal yang lebih cepat," ujar dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.
Ia menambahkan, setiap obat yang beredar sudah diteliti puluhan tahun dan tetap diamati efek sampingnya meski sudah beredar.
"Jadi obat yang beredar di pasaran adalah obat yang dianggap aman. Dokter juga tidak akan memberi obat dengan dosis tinggi, pasti dalam range yang wajar," katanya.
Penyakit kronis adalah penyakit dengan penyebab multifaktor dan memiliki efek kerusakan pada berbagai organ.
Misalnya saja penyakit diabetes melitus dan hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung.
"Saya lebih takut kalau pasien tidak minum obat, kerusakan organnya pasti lebih cepat," katanya.
Ikhsan mengatakan, memang ada obat-obat tertentu yang bisa membuat fungsi ginjal turun, misalnya obat antinyeri.
Baca Juga: BERITA POPULER : Bahaya Hidup dengan Satu Ginjal Sampai Kepanjangan Jalan Tol
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR