SajianSedap.com - Hampir sepekan bencana gempa di Cianjur terjadi.
Banyak korban berjatuhan, mulai dari yang luka-luka, tertimbun, hingga meninggal dunia.
Tak hanya itu, rumah-rumah sebagian besar warga Cianjur pun rusak akibat gempa berkekuatan 5,6SR tersebut.
Alhasil, banyak warga yang mengungsi dan menginap di tempat pengungsian.
Namun, ada kisah miris dari para pengungsi korban gempa Cianjur ini, nih.
Bagaimana tidak, mereka mengaku sembelit karena setiap hari sering makan mi instan.
Dikutip dari Kompas.com, sejumlah pengungsi gempa bumi di Kampung Cikamunding, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mulai mengeluhkan sembelit.
Diduga mereka mulai mengalami gangguan pencernaan karena setiap hari makan mi instan.
"Dari awal kejadian, kami di tenda pengungsian setiap hari memakan mi instan yang dikirim dari beberapa orang yang datang kesini," ucap Adelia, salah seorang pengungsi di Cikamunding, Kamis (24/11/2022).
Namun, kata dia, karena terlalu sering mengkonsumsi mi instans banyak warga yang mengeluhkan sakit perut dan sembelit.
Keadaan itu ditambah kondisi cuaca yang sering hujan.
"Hampir semuanya mengeluhkan masalah pencernaan, karena seing makan mie instan, dan tenda yang masih belum layak," ujarnya.
Ia berharap, pemerintah dapat segera mengirimkan makanan yang memiliki kandungan berserat tinggi, seperti sayuran dan buah-buahan.
Diketahui juga bukan hanya korban gempa di Cianjur, pemberian mi instan ini memang hampir selalu diberikan pada para korban bencana.
Hal ini tentu saja karena mi instan gampang, tidak cepat basi, dan bisa didistribusikan dengan murah dan aman.
Namun, tentu saja bantuan mi instan ini dianggap tak layak untuk beberapa korban bencana, nih.
Sebut saja kejadian pada korban banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Provinsi NTT ini.
Warga di Kelurahan Teunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), merasa kecewa dengan bantuan yang diberikan oleh Pemkab Kupang.
Pasalnya, bantuan yang mereka dapat hanya berupa satu butir telur, sebungkus mi instan, dan satu kilogram beras.
Sejumlah warga korban bencana menilai hal tersebut merupakan sebuah penghinaan terhadap mereka.
"Ini bantuan aneh. Kami merasa seperti diolok-olok oleh pemerintah dengan bantuan beras satu kilo dan telur sebutir, ditambah mie satu bungkus," kata Bureni seperti dikutip dari Kompas.com.
Kita tahu bahwa mi instan itu sangat enak dan jadi makanan yang mudah dibuat.
Tapi tentu saja ada bahaya makan mi instan untuk kesehatan kalau dimakan terlalu sering.
Lantas, ada gak ya bahaya atau risiko pemberian mi instan ini pada korban bencana?
Seperti dilansir dari Kompas.com, ahli gizi mengingatkan bahwa makanan ultra proses, seperti mie, harus dihindari dalam respons tanggap darurat bencana.
Dokter, filsuf dan ahli gizi komunitas, Dr dr Tan Shot Yen M Hum menegaskan, konsumsi pangan untuk korban bencana yang harus tersedia bukanlah makanan yang sekadar bisa disediakan atau seadanya, tetapi harus aman untuk dikonsumsi para korban di pengungsian.
Hal ini penting, agar makanan hasil sumbangsih para sukarelawan dan pemerintah, yang dikonsumsi di pengungsian, tidak menjerumuskan para pengungsi korban bencana pada gangguan kesehatan di masa mendatang.
Menurutnya, jika ingin membantu para korban bencana, makanan yang dikirim harus kaya manfaat.
"Jangan membuat para pengungsi terpaksa mengonsumsi makanan yang dimasak dari hasil campuran produk makanan ultra-proses (UPF)," ujar dr.Tan.
Apalagi ternyata makan mi instan terlalu sering itu sangat berbahaya, loh!
Rasanya yang nikmat justru bisa membuat masalah lain pada kesehatan kita.
Seperti dikatakan ahli diet Mount Elizabeth Hospital Seow Vi Vien, mi instan mengandung banyak lemak, lemak jenuh, dan natrium, seperti dikutip dari The Strait Times via Kompas.com.
Sementara serta, protein, vitamin, dan mineralnya sedikit. Dalam sebungkus mi instan lengkap dengan satu paket bumbu mengandung sampai 1.700 miligram natrium.
Jumlah tersebut 85 persen lebih banyak dari rekomendasi jumlah asupan natrium harian.
Menurutnya, konsumsi garam atau natrium yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan stroke.
Kalau ada orang yang hanya makan mi instan saja tiap hari, ia akan mengalami kurang gizi seiring berjalannya waktu.
Vien mengumpamakan konsumsi mi tersebut 3 kali sehari. Pasalnya, mereka tidak mendapatkan jumlah nutrisi yang dibutuhkan seperti protein, vitamin, dan mineral guna mendukung kesehatan.
Lantas, berapa batasan kita dalam mengonsumsi mi instan setiap bulannya?
Menurut Dr. Frank B. Hu, profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard, merekomendasikan untuk konsumsi mi instan 1-2 kali dalam sebulan, melansir The New York Times via Kompas.com.
Kalau sudah tahu batasan ini, kita jadi tahu kenapa korban banjir di Cianjur bisa terkena sembelit.
Karena makan mi instan rutin bahkan setiap hari juga tidak bagus untuk kesehatan tubuh.
Nah makanya, untuk memberikan makanan ke korban bencana alam tak harus selalu beri mi instan, loh!
Menurut Dr. Tan ada tiga jenis makanan bergizi yang baik untuk disumbangkan pada korban bencana.
1. Rebusan
Sumbanglah makanan jadi yang siap dilahap oleh korban bencana, tetapi yang bergizi dan mengeyangkan para pengungsi, seperti aneka bahan pangan yang bisa direbus.
Di antaranya adalah aneka ubi, singkong, talas dan pisang kepok.
2. Buah
Upayakan sumbangan yang diberikan juga memenuhi kebutuhan nutrisi mereka, seperti protein dan serat, agar para korban bencana tidak mengalami gangguan pencernaan selama di pengungsian.
Buah belum dikupas seperti jeruk, salah dam manggis bisa jadi pilihan yang baik.
3. Camilan penuh gizi
Selain dua kategori pangan di atas, camilan penuh gizi juga bermanfaat untuk para pengungsi.
Misalnya telur pindang, kukusan singkong ditambah abon, lepet kacang merah atau lepet kacang tolo.
“Singkong rebus dengan abon itu bagus banget dan lebih keren daripada roti. Kaya akan vitamin dan bukan makanan buatan,” jelas Dr. Tan.
Selain kepedulian lembaga donatur atau swadaya masyarakat, pemerintah didukung kepala desa, lurah, camat, bupati hingga gubernur juga harus berinisiatif memberikan makanan bergizi untuk korban bencana.
“Kebijakan dalam menyumbang makanan bergizi dan kaya manfaat juga harus dilakukan oleh kader, termasuk PKK. Dibutuhkan relawan yang paham gizi juga," tegas Dr. Tan.
5 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Jogja Serba Minuman, Dijamin Otentik dan Enak Banget
KOMENTAR