SajianSedap.com - Tahu termasuk bahan makanan yang tidak tahan lama.
Karena itu, ada oknum pedagang yang mengakali hal ini dengan menambahkan pengawet ke dalam tahu.
Tujuannya tentu supaya tahu tetap baik kualitasnya walau lewat 1 hari dan belum laku.
Nah, kalau penasaran tahu favorit keluarga aman atau tidak dikonsumsi, ada tips yang bisa Anda coba.
Salah satunya adalah dengan menaruh tahu seharian di meja makan.
Lihat apa yang terjadi.
Kalau hal ini terjadi, segera buang karena berarti mengandung bahan tak layak makan.
Coba Diamkan Tahu Seharian di Suhu Ruang
Tahu sendiri dikenal sebagai sumber protein nabati terbaik karena kandungan kedelai didalamnya.
Namun, pedagang nakal sering mengawetkan tahu dengan formalin supaya tahan lama dan tidak cepat busuk.
Formalin yang digunakan untuk mengawetkan mayat ini sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh.
Salah satu dampak jangka panjangnya adalah kanker dan bahkan kematian.
Baca Juga: Cara Cek Tahu Putih Berformalin, Gunakan 2 Trik Ini Setelah Beli dari Pasar
Lalu, bagaimana cara membedakan tahu segar dengan tahu berformalin?
Sekali-kali, cobalah simpan tahu di suhu ruangan (di luar kulkas) selama semalaman.
Jika tahu tidak busuk, patut diduga tahu tersebut mengandung formalin.
Secara fisik, tahu segar dan tahu berformalin susah untuk dibedakan.
Dalam beberapa kasus, tahu putih segar dan tahu berformalin sama-sama bersih tergantung cara pedagang menyimpan tahu.
Namun, Saselovers juga bisa membedakan yang mana tahu segar dan yang mana tahu berformalin dari tekstur tahu tersebut.
Genggam lah tahu sebelum dibeli. Bila terasa lebih membal, patut dicurigai tahu tersebut berformalin.
Saselovers juga bisa menekan tahu dengan jari. Jika tahu mudah hancur, maka tahu tersebut adalah tahu segar.
Selain itu, ada cara lebih efektif untuk mengetes mana tahu segar dan yang mana tahu berformalin.
Setelah mengetahui hasilnya, Saselovers sebaiknya tidak membeli tahu di pedagang yang sama di kemudian hari.
Baca Juga: Trik Menggoreng Tahu Supaya Mengembang, Ternyata Rendam Dulu Pakai Bahan Ini Sebelum Digoreng
Selain tahu, ada juga bahan makanan lain yang sering diawetkan dengan formalin dan boraks.
Bahan makanan tersebut adalah daging ayam, kerupuk, bakso, dan bihun.
Harus ekstra hari-hati mulai sekarang ya, Saselovers!
Waspada Makan Tahu Kalau Punya Asam Urat
Ya, walau punya banyak manfaat, nyatanya penderita asam urat dilarang keras mengonsumsi tahu.
Dilansir dari Kompas, tahu tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan oleh semua orang.
Terutama bagi orang yang memiliki faktor risiko penyakit asam urat atau pada kasus penderita asam urat.
Pada dasarnya, dokter mengklaim penyebab pasti penyakit asam urat atau hiperurisemia tidak pasti, dari kombinasi faktor keturunan, hormonal, dan makanan.
Dari segi makanan inilah, tahu bisa menjadi racun bila dikonsumsi secara berlebihan, terutama pada orang yang memiliki faktor risiko dan penderita asam urat..
Hal ini dijelaskan dalam buku Menu dan Resep untuk Penderita Asam Urat (2008) oleh Rita Ramayulis, DCN, M.Kes dan Ir. Trina Astuti, MPS.
Dijelaskan bahwa makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari lebih kurang mengandung 600-1.000 mg purin setiap harinya.
Pada seseorang yang memiliki faktor risiko dan penderita asam urat, kandungan purin pada makanan sebaiknya dibatasi kira-kira 100-150 mg per hari.
Terdapat beberapa makanan yang mengandung purin tinggi (100-1.000 mg purin per 100 gram bahan) yang bisa menjadi makanan penyebab asam urat, termasuk tahu.
Tahu memiliki kadar purin sedang, sekitar 9-100 mg purin per 100 gram, karena berasal dari kacang kedelai yang tinggi kandungan purinnya (100-1000 mg per 100 gram).
Namun, karena diolah dengan cara digoreng atau ditambah bahan lain seperti garam, tahu bisa berubah jadi mengandung purin tinggi.
Oleh karena itu, penderita asam urat sangat disarankan untuk tidak mengonsumsi tahu dan tempe sebagai olahan dari kacang kedelai itu sendiri.
Selain tahu dan kacang kedelai, beberapa makanan yang tinggi purin di antaranya alkohol, bebek, angsa, ikan sarden, makarel, kerang, kepiting, jeroan, dll.
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR