Pemilik Warteg Kharisma Bahari, Sayudi mengatakan jika tak ada warteg di Tegal.
Di Tegal warteg dikenal dengan nama warung nasi.
“Di Tegal sendiri nggak ada tulisannya warteg, yah tulisannya hanya warung nasi saja, karena di Jakarta ini berbagai macam suku yah, jadi nama warteg ini yang membedakan dengan warung makan lainnya,” kata Sayudi ketika ditemui KompasTravel di Warteg Kharisma Bahari (WKB), Jalan Haji Batong Raya, Kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Fadly Rahman, Sejarawan Makanan membenarkan jika di Tegal hanya warteg dikenal dengan warung nasi atau rumah makan.
“Di Tegal, mereka nggak buka Warteg karena orang Tegal pada waktu itu bermigrasi ke Jakarta dan buka warung, mayoritas yang berjualan orang Tegal makanya dikenal dengan Warteg. Kalau di Tegal sendiri lebih dikenal dengan nama warung nasi atau rumah makan,” kata Fadly
Sejarawan, JJ Rizal menjelaskan pada tahun 1950 saat pergantian ibu kota negara Indonesia dari Yogjakarta ke Jakarta menimbulkan orang Jawa Tengah banyak pergi ke Jakarta.
Lalu pada pemerintahan Soekarno ini, banyak pembangunan dilakukan untuk mengubah ibu kota kolonial menjadi kota nasional.
Pada saat itu pembangunan gencar dilakukan seperti di Kebayoran Baru, Monas, Jembatan Semanggi, Tugu Pembebasan Irian, akses pelebaran Jalan Thamrin dan lainnya.
Saat itu, para tukang ini membutuhkan makanan dengan cepat dan murah.
Hal itu menyebabkan banyak warung bermunculan dan mayoritas dari penjual ini adalah orang Tegal.
“Waktu itu warung-warung ini diisi oleh orang-orang Tegal, nah ini jadi warteg ini sebagai penanda karena yang berjualan orang tegal jadi sampai sekarang dikenal seperti itu,"
KOMENTAR