Dewan Pakar Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Azmi Abubakar menjelaskan, keberadaan bandeng saat perayaan Imlek terkait dengan kemunculan pasar malam di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.
Pasar itu didirikan pimpinan Tionghoa, Major Tan Eng Guan, pada abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1850.
Terjadi sejak 1850-an Sejak itu bandeng digandrungi masyarakat Tionghoa di Jakarta atau saat Batavia dan sekitarnya.
Bandeng jadi buah tangan hingga sajian saat Imlek dari tahuan ke tahun sampai saat ini.
"Ini bentuk alkulturasi budaya. Bandeng disajikan kepada orang yang dituakan atau mertua sebagai tanda hormat. Di Imlek bandeng wajib ada bagi orang Betawi Tionghoa sejak masa yang lampau," ujar Azmi, dikutip dari Kompas.com.
Ukuran bandeng yang dibawa serta disajikan kepada orangtua saat perayaan Imlek memiliki arti.
Masyarakat Tionghoa kala itu meyakini, semakin besar ukuran bandeng, itu berarti rasa sayang kepada orang yang diberi juga besar.
Maka, bandeng pun jadi incaran di pasar dan harganya jadi melambung tinggi jelang Imlek.
"Makin besar bandeng, makin besar juga cintanya kepada orangtua atau mertua yang diberi. Makanya bandeng mahal, tapi berapa pun harganya dibayar," kata Azmi.
Kenapa harus ikan bandeng?
Bandeng dinilai selalu hidup bersama.
Baca Juga: Makanan Terbaik untuk Shio Tikus di Tahun 2024, Pastikan Konsumsi Ini Sebelum Tidur
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR