SajianSedap.com - Indonesia merupakan salah satu wilayah yang memiliki keragaman budaya dan adat.
Tidak mengherankan jika Anda berkunjung ke satu tempat ke tempat yang lain, perbedaan budaya dan adat sangatlah wajar.
Tentu budaya dan adat tak hanya sekadar seni ataupun kebiasaan tertentu.
Termasuk kuliner, setiap daerah biasanya memiliki makanan khas tertentu.
Nah salah satunya adalah Cirebon.
Sebagai salah satu wilayah di Jawa Barat, Cirebon sendiri memiliki ciri khas.
Jika biasanya hampir semua wilayah Jawa Barat berbicara Sunda, makan di Cirebon memakai bahasa yang digunakan adalah Cirebonan.
Dialek ini sebenarnya mirip bahasa Jawa.
Rupanya hal ini karena letak geografis cirebon yang berbatasan dengan Jawa Tengah.
Nah selain bahasanya, Cirebon juga memiliki makanan unik yaitu Docang.
Makan khas Cirebon ini dikenal masyarakat sebagai menu makanan yang sangat sederhana.
Baca Juga: Mengenal Kue Moho, Kue Khas Imlek yang Cuma Ada di Solo, Penampilannya Mirip Bolu Kukus
Konon nama Docang itu merupakan singkatan dari dua kata yaitu; Bodo atau baceman dari oncom dage dan Kacang Hijau yang dijadikan Toge.
Kini, Docang yang banyak dijual pedagang terdiri dari daun pepaya yang direbus, toge, parutan kelapa, dan sayur dage.
Sayur dage pada Docang dibuat dari bahan-bahan rempah, di antaranya bawang putih, bawang merah, dan kayu manis.
Setelah dicampur, docang biasa disajikan dengan kerupuk.
Para penjual Docang memakai kerupuk yang berbeda-beda, ada yang memakai kerupuk putih, ada pula yang memakai kerupuk melarat.
Seorang sejarawan Cirebon, Mustakim Asteja, mengatakan, tahun 90-an, Docang biasanya dijual pada pagi hari untuk sarapan.
Bahkan, Docang biasanya ditemukan di perkampungan dan memiliki kuah bening.
"Dulu sewaktu saya masih kecil, Docang itu kuahnya bening. Kalau sekarang itu ada yang bening, ada yang sedikit berminyak dan memakai cabe merah. Permasalahannya, saya tidak tahu mana yang lebih dulu," katanya saat ditemui di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Senin (5/11/2018).
Sedangkan untuk saat ini, Docang tidak hanya dijual pada pagi hari. Banyak yang menjualnya pada sore hingga malam hari.
"Saya jual Docang sore disesuaikan dengan pembeli. Kalau pagi hari banyak yang memilih nasi kuning atau nasi uduk. Kalau sore hari kebanyakan yang nasinya habis biasanya diganti pakai docang," kata Nana kepada Tribun Jabar.
Tak hanya sebagai makanan khas yang rasanya lezat, Docang mempunyai sejarah tersendiri.
Baca Juga: Sejarah dan Filosofi Tang Yuan, Makanan Khas Imlek yang Mirip Wedang Ronde
Sejarawan Cirebon, Opan Safari, mengatakan, yang pertama kali membuat Docang adalah Ki Gede Bungko.
Sejarah Docang disebutkan dalam Dongeng Rakyat Bungko.
Suatu hari sekitar abad ke-15 masehi, Sunan Gunung Djati kedatangan tamu.
Ia bingung akan menyajikan makanan apa untuk tamunya tersebut.
Seketika itu dia menunjuk Ki Gede Bungko untuk membuat makanan.
Ki Gede Bungko sendiri merupakan panglima perang staf angkatan laut saat itu.
"Sunan Gunung Djati saat itu memberi tugas Ki Gede Bungko untuk membuat makanan khas yang lain dari pada yang lain," kata Opan saat ditemui di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Senin (5/11/2018).
Mendapat tugas tersebut, Ki Gede Bungko merasa kebingungan dan terus berpikir akan membuat makanan apa.
Lalu Ki Gede Bungko pulang ke Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon untuk membuat makanan tersebut.
Saat itu ia hanya mempunyai kacang, beras, pohon jambu, dan sejenisnya.
"Ya udah kacang asal dimasak aja. Beras juga dibikin lontong, dan kelapa diparut. Biarin makanan seadanya aja, orang saya mah orang bodoh dan tidak punya apa-apa. Itu yang dikatakan Ki Gede Bungko saat itu," kata Opan.
Baca Juga: Kenapa Jeruk Mandarin Identik dengan Imlek? Ternyata Begini Artinya
Dibuatlah makanan tersebut oleh Ki Gede Bungko dan dibawa ke Sunan Gunung Djati. Makanan itu ia namakan Docang yang berarti Bodo Kacang.
Tanpa berpikir lagi, Sunan Gunung Djati menyajikan Docang kepada para tamunya.
"Saat disajikan, ternyara tamu suka makanan itu," kata Opan kepada Tribun Jabar.
Menurut Opan, hingga saat ini, makanan orang-orang Bungko dikenal sangat lezat.
Dalam sejarah, tidak disebutkan siapa yang meninggal terlebih dahulu antara Sunan Gunung Djati dan Ki Gede Bungko.
Mengenai informasi sejarah Docang yang dibuat untuk meracuni Sunan Gunung Djati, dua sejarawan tersebut menolaknya.
"Tidak mungkin itu untuk meracuni para wali. Saat itu kan wali di kita Sunan Gunung Djati, masa beliau mau meracuni orang. Itu tidak masuk akal juga," kata Mustakim Asteja.
Sedangkan menurut Opan, sejarah Docang pun bukan untuk meracuni para wali.
"Tidak ada dalam sejarahnya itu untuk meracun. Saya dengar sendiri sejarahnya dari orang-orang Bungko," kata Opan.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Mengenal Docang, Makanan Khas Cirebon di Mata Ahli Sejarah, Ada Sejak Zaman Sunan Gunung Djati
Baca Juga: Asal-usul Karedok, Makanan Mirip Pecel yang Berasal dari Jawa Barat
Cara Membuat Nastar Tanpa Oven, Bisa Pakai Teflon Tapi Lakukan 1 Trik Kunci Ini Agar Matangnya Merata
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR