Tapi seiring perkembangan, mithologi tadi, lambat laun terkikis dan punah dimakan zaman.
Demikian pula dengan kelengkapan menu, tidak lagi selengkap dahulu.
Sajian yang ada hanya sate dari daging kabing atau sapi (usus sapi), bumbu kuah, cabe hijau dan bulayak.
Bulayak digunakan karena memiliki makna tersendiir, Bulayak ini berarti memutar. Karena cara membukanya terlebih dahulu menekan ujung kulit, lalu diputar.
Pembungkus bulayak dari daun enau. Menurut sebagian warga Narmada, pada daun enau inilah letak keharuman dan kenikmatan bulayak ini.
Pada dasarnya, sate Bulayak ini bisa saja dimakan dengan ketupat. Namun ketupat bisa dibuat dengan beberapa alat penunjang.
Jika dibuat dari alat penunjang daun pisang, tentu beda namanya.
Begitu pula alat penunjangnya daun kelapa (busung), tentu kita sebut ketupat.
Ada ketupat segi empat yang sehari-hari ditemukan namanya ketupat bawang.
Ada juga ketupat lepas yang digantung dibagian bale-bale ketika hendak membangun rumah.
Nah sesuai perkembangan, ternyata di samping busung dan daun pisang sebagai alat penunjang, maka daun enau pun bisa dibuat sebagai penunjang dan bentuknhya memanjang.
Inilah yang disebut bulayak atau memutar, karena cara membukanya harus diuputar sedemikian rupa.
Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Wisata Lombok, Filosofi di Balik Nikmatnya Sate Bulayak di Lombok Barat
Cara Menghilangkan Bekas Jerawat di Pipi Dengan Cepat Manfaatkan Bahan Alami Ini
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Idam Rosyda |
KOMENTAR