Wajan ini sanggup menampung setidaknya 50 buah adonan kuo tieh sekaligus.
“Kalau di Jepang, diolah pakai sejenis frying pan dan pakai api kecil. Di sini pakai api besar. Kalau kami pakai frying pan mungkin frying pan-nya yang kalah sama api,” tambahnya.
Kiki berujar, penggunaan wajan khusus dari baja bertujuan agar kuo tieh bisa dipanggang dengan api besar, sehingga menciptakan aroma tersendiri dan kuotieh matang merata.
Saking panasnya, wajan ini tidak boleh dipegang dengan tangan telanjang selang 30 menit usai dipanggang.
Tak lama setelah api dinyalakan, deretan kuo tieh bakal disiram air.
Kiki mengklaim, takaran centong air yang digunakan telah ia ukur sepresisi mungkin.
Sebab, jika berlebih, kulit kuo tieh akan hancur.
Sehabis itu, wajan akan ditutup guna mengisolasi panas di dalam wajan.
Kurang lebih 10 menit berselang, kuo tieh siap disajikan.
Kuo tieh akan berwarna kecoklatan, terutama pada bagian dasarnya yang sedikit hangus akibat langsung mengenai wajan saat dipanggang.
Di meja makan, ada beberapa bumbu pelengkap yang terhidang, mulai dari saus bawang putih yang aromanya semerbak, minyak wijen, cuka hitam, dan kecap asin.
Baca Juga: Hati-hati Jangan Sampai Memecahkan Alat Makan Saat Perayaan Tahun Baru Imlek, Ini Akibatnya
Tak ketinggalan, terdapat semangkuk sambal yang relatif cair, namun bercita rasa khas.
Kiki mengaku, semuanya disesuaikan dengan resep autentik Shandong, China,
“Sambalnya kami racik sendiri. Ada banyak rempah-rempah, misalnya cengkih.”
Aroma cengkih memang tipis-tipis terasa ketika kuo tieh telah tercocol sambal.
Biasanya, pelanggan membubuhi beberapa jenis saus tadi di piring, kemudian mengaduknya rata sebelum dicocol kuo tieh.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Kuo Tieh, Gyoza Tradisional China yang Menggugah Selera"
KOMENTAR