Setelah berjuang dalam hantaman tsunami, yang pertama ia ingat adalah ia sudah terbaring di atas seng atap rumah warga.
Enteng baru menyadarinya jika dinding rumah ini sudah roboh. Ia terkulai lemah bersama sampah dan material lainnya.
Di mana-mana terdengar suara minta tolong, dia sendiri tidak mampu bergerak.
Peristiwa ini seperti mimpi, ia coba meyakinkan dirinya bahwa yang sedang ia alami ini bukan mimpi.
Tiba-tiba Enteng sadar, ia ingat anak-anaknya. Saat itu ia merasa memiliki tenaga yang sangat kuat. Ia bangkit dan berjalan ke arah tempat jualannya.
Ya, dia ingat ketiga anaknya! Mawar, Riski dan Nur Adiba. Di mana mereka? Ia pandangi tempat jualannya, tidak ada apapun kecuali sampah dan materi yang berhamburan.
Ia perhatikan lagi, temaram senja tak menghalangi matanya untuk mencari anak-anaknya. Enteng sapu pandangan ke sekitar, tidak ada anaknya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR