Suara musik berganti gemuruh laut yang murka, yang membawa berton-ton air dan menabrakkan pada siapa saya yang ada di depannya.
Enteng, wanita perkasa ini luruh. Air matanya mengalir deras, ketiga anaknya direnggut gelombang tsunami di depan matanya.
Bulan yang benderang di angkasa menerangi wajahnya.
Luka-luka di sekujur tubuhnya mulai terasa nyeri.
Kulit tangannya terparut entah oleh benda apa, juga kakinya berdarah-darah tak tahu disebabkan oleh apa.
Enteng kehilangan segalanya, dagangan yang menghidupinya sirna.
Ketiga anaknya entah di mana. Dan sekujur tubuhnya penuh luka, jangan ditanya rasa yang ada di dalam dadanya.
Beruntung salah satu anak Enteng yakni Riski, secara ajaib juga selamat dari amukan tsunami. Kini Enteng dan riski berada di tenda pengungsian di kota Palu.
Baca Juga : Jangan Asal Makan, Ketahuilah Ini Bahan Pembuat Crab Stick Imitasi yang Sering Kita Makan
Berharap Temukan Dua Anaknya yang Hilang
"Saya tidak tahu setelah ini bagaimana, saya masih memikirkan 2 anak yang hilang," kata Enteng.
Tawaran pindah ke luar daerah dari saudaranya ia tolak. Ia lebih memilih hidup di Palu yang sudah puluhan tahun dijalani.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Virny Apriliyanty |
Editor | : | Virny Apriliyanty |
KOMENTAR