Tak Boleh Sembarangan, Ini Dia Strategi Pemberian Makanan Pendamping ASI Kepada Bayi Yang Harus Diketahui
SajianSedap.com - Makanan Pendamping ASI (MPASI) tentunya tak boleh sembarangan diberikan kepada bayi.
Dari proses pembuatannya hingga bagaimana kita memberikannya kepada sang buah hati.
Menurut rekomendasi dari WHO (World Health Organization), MPASI pada umumnya sudah harus dikenalkan kepada si kecil saat usianya sudah mencapai 6 bulan.
Hal tersebut dikarenakan kebutuhan energi bayi setelah 6 bulan tidak dapat dipenuhi jika hanya mengandalkan dari ASI saja.
Baca Juga: Resep MPASI Enak dan Sehat dari Ahli Gizi dengan Selingan Sayur dan Buah Dalam Bubur Susu
Tak hanya itu, usia 2 tahun pertama juga merupakan masa kritis kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan si bayi.
Meski begitu, tak banyak orang tua yang mengetahui bagaimana memberikan MPASI yang baik untuk sang buah hati.
Tips Mengolah MPASI
Seperti yang diketahui, pemberian MPASI pada anak harus dilakukan secara benar agar pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu.
Agar tidak 'kaget' terhadap MPASI, tak jarang seorang ibu menambahkan ASI perah ke menu MPASI untuk si kecil.
Baca Juga: Sudah Mulai MPASI, Coba Kenalkan Anak dengan Air Kelapa yang Penuh Manfaat
"Biasanya awal-awal kita kasih makan biar bayinya ngga nolak, kita campurin dengan ASI perah.
Nah, biasanya anak akan menjadi lebih mudah makannya," ujar dr. Raissa E. Djuanda, M. Gizi, Sp. GK ketika berkunjung ke Kompas Gramedia Majalah (12/11/2019).
Bila ingin menggunakan ASI untuk campuran MPASI, ASI perah yang beku harus dicairkan terlebih dahulu.
Namun, caranya bukanlah dengan memanaskan ASI di atas kompor, tetapi dengan merendam botol kaca ASI di dalam gelas berisi air hangat.
Hal ini dilakukan agar nutrisi yang terkandung dalam ASI tidak rusak.
Jangan lupa untuk mengocok ASI secara perlahan sebelum dicampurkan dengan MPASI agar lemak ASI bisa benar-benar tercampur.
Tak hanya itu, dr. Raissa juga mengingatkan untuk tidak memasukkan makanan yang sulit dikunyah untuk menu MPASI.
Antara lain adalah kacang-kacangan, sayuran mentah, ataupun buah yang belum dipotong-potong.
Hal tersebut dikarenakan fungsi organ bayi masih belum sempurna sehingga belum bisa memproses makanan keras dan bisa juga beresiko tersedak.
Baca Juga: Penelitian Ungkap, MPASI Buatan Rumah Bisa Cegah Anak Pilih-Pilih Makanan
Artikel akan berlanjut setelah video ini.
Selain itu, bayi di bawah 1 tahun tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi madu karena akan mengakibatkan keracunan pada bayi yang disebabkan oleh bakteri dalam madu.
Untuk perkaya cita rasa MPASI, gunakanlah perasa alami dari makanan seperti bawang bombay atau wortel untuk rasa manis, bawang putih dan unsalted butter untuk rasa asin.
Hal lain yang tak kalah penting, yaitu memberikan MPASI dengan tekstur yang berkembang dari waktu ke waktu.
Contohnya ketika 6-9 bulan bayi diberikan MPASI bertekstur puree atau hasil saringan, namun ketia sudah 9-12 bulan si kecil diberikan MPASI dengan tekstur minced atau cincang halus.
Fungsi peningkatan tekstur pada MPASI menjadi penting karena bisa memengaruhi perkembangan rahang dan gigi, yang kemudian bisa berdampak pada keterlambatan bicara anak.
Baca Juga: Gemasnya! Begini Ekspresi Anak Sandra Dewi yang Disuapi MPASI Pertama, Apa Menunya, Ya?
Strategi Pemberian MPASI
Dalam kunjungannya ke Kompas Gramedia Majalah, dokter spesialis gizi RS Pondok Indah dr. Raissa juga membagikan strategi pemberian MPASI untuk anak.
Ada 4 poin yang perlu diperhatikan.
1. Tepat Waktu
Pemberian MPASI pada anak haruslah tepat waktu, karena akan banyak resiko yang akan ditanggung si kecil jika terlalu cepat atau lambat.
Baca Juga: Ini Dia 5 Sayuran yang Paling Baik jadi Menu MPASI Pertama Buah Hati
"Disarankan (usia) 6 bulan, tapi ada beberapa anak yang usia 4 bulan saja sudah bisa diberikan (MPASI). Tetapi ini harus berdasarkan rekomendasi dari dokter, kalau ngga, jangan coba-coba," ujar dr. Raissa pada (12/11/2019).
Jika pemberian MPASI terlalu dini, bisa berisiko infeksi pencernaan, pernafasan, obesitas, dan juga alergi pada si bayi.
Hal tersebut dikarenakan bayi belum memiliki fungsi organ yang sempurna sehingga belum bisa mencerna makanan dengan baik.
Sedangkan jika terlalu lambat, si bayi akan berisiko kekurangan nutrisi, gangguan imunitas, dan diabetes mellitus.
2. Komposisi Gizi
MPASI diharuskan untuk memiliki komposisi gizi yang seimbang.
Baca Juga: Bubur Wortel and Salmon, Menu MPASI Si Kecil yang Lezat dan Bergizi Tinggi
Yaitu memenuhi kebutuhan energi, karbohidrat, protein, lemak dan mikronutrien.
Jadi semua nutrisi lengkap terdapat di MPASI tersebut.
3. Aman dan Higienis
Kebersihan tangan serta peralatan masak yang digunakan untuk mempersiapkan MPASI tentunya harus higienis.
Baca Juga: Cara Unik Ini Bikin Tantri Namirah Mampu Hilangkan Ulat Di Brokoli untuk MPASI dengan Sekejap
"Kalau kitanya tidak higienis, bayinya gampang ketularan penyakit. Nanti tau-tau diare, kan repot banget ya bayi diare, bisa dehidrasi, dirawat, dan lain-lain," kata dr. Raissa.
Penyimpanan bahan makanan untuk bayi, harus ditelakkan di tempat yang bersih dan aman.
Tak hanya itu, talenan yang digunakan untuk memotong bahan mentah dan matang juga harus dipisahkan.
Baca Juga: Coba Tengok, Apakah MPASI Si Kecil Sudah Sesuai dengan 10 Syarat Ini? (2)
Hal ini untuk mengurangi resiko bakteri dari makanan mentah yang masuk ke makanan yang sudah dimasak.
4. Diberikan Secara Benar/Responsif
Hal paling penting dalam memberikan MPASI adalah jangan menyerah untuk memperkenalkan jenis makanan baru kepada si kecil.
Baca Juga: Ini Dia Inspirasi Resep MPASI Dari Chelsea Olivia. Cobain Yuk!
"Prinsipnya apa? Ternyata anak itu harus dikenalkan 10 hingga 15 kali pengenalan. Jadi kalau pertama kali nolak, coba lagi besoknya coba lagi besoknya.
Bisa jadi anak itu menolak karena dia kaget aja, belum tau rasanya baru pertama kali coba. Jadi awalnya nolak, belum tentu nantinya menolak," ujar dr. Raissa.
Tak lupa, untuk berikan berbagai variasi pilihan rasa dan jenis makanan sehat untuk anak, agar si kecil bisa mengenal lebih banyak rasa dan melatih anak untuk tidak menjadi picky eater.
Selain itu, hal yang tak kalah penting adalah mematikan TV, komputer, dan gawai saat jam makan berlangsung.
Akibatnya, anak tidak mengunyah makanan dan jadi fokus terhadap tontonan yang diberikan.
Tak hanya itu, waktu makan juga bisa dijadikan waktu untuk berkomunikasi dan mendukung perkembangan anak, sehingga bisa membangun hubungan keluarga yang kuat.
Baca Juga: 5 Kesalahan Ini Paling Sering Dilakukan Saat Memberi MPASI Pertama Kali
Poin penting lainnya, yaitu jangan memaksa anak untuk makan.
"Kasih makan (anak) jangan lewat dari 30 menit. Kalau sudah lebih dari setengah jam, stop aja. Baik itu makannya belum habis," ujar dr. Raissa.
Dengan membatasi jam makan anak, tentunya orang tua tak harus bersusah payah mengejar anak untuk makan dan berakhir lelah sendiri.
Tak hanya itu, dengan memaksa anak untuk makan bisa mengakibatkan anak untuk kerap menolak makan dan susah untuk menghabiskan makanannya.
Baca Juga: 5 Jenis MPASI Terbaik untuk Kesehatan dan Perkembangan Otak Bayi
Tips penting lainnya, yaitu tambahkan snack sehat jika anak terlihat lapar di luar jam makannya.
Misalnya dengan memberikan buah potong yang bisa mengusir rasa lapar si kecil.