Sudah jadi sarapan sejak abad ke-16
Kue Putu awalnya dikenal dengan sebutan XianRoe Xiao Long yang berarti kue dari tepung beras yang berisi kacang hijau yang amat lembut dan dikukus dalam cetakan bambu.
Kue Putu diduga masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya Cina ke Indonesia.
Ketika Laksamana Cheng Ho mulai menyebarkan Isalam ke Nusantara terjadi akulturasi kebudayaan di berbagai bidang kehidupan, termasuk kuliner.
Di Indonesia, nama Putu muncul dalam naskah sastra lama, Serat Centhini, yang ditulis pada 1814 di masa Kerajaan Mataram.
Di dalam naskah tersebut, penyebutan kata puthu diambil sekitar 1630 di Desa Wanamarta, Jawa Timur (Jatim).
Desa ini kemungkinan besar berada di wilayah Probolinggo jika melihat dari rute perjalanan pelaku cerita naskah, Syekh Amongraga dan Tambangraras.
Di dalam naskah tersebut, Kue Putu muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya untuk menyediakan hidangan pagi.
Sarapan tersebut terdiri dari nasi goreng, nasi rames, nasi tumpeng dengan lauk ikan betutu dan daging kambing.
Artikel berlanjut setelah video berikut ini.