Kue cucur disajikan saat upacara tradisional seperti upacara potong rambut bayi dan acara pernikahan.
Di Jawa, kue cucur digunakan sebagai salah satu hantaran pengikat tali kasih (peningset pelengkap) dari pihak pria kepada pihak wanita, setelah lamarannya diterima oleh pihak wanita.
Di Jogjakarta, kue cucur juga dijadikan sajian bagi tamu yang berkunjung ke rumah, selain sebagai sesajen saat acara slametan.
Di Madura kue cucur disebut kocor dan digunakan sebagai salah satu makanan hantaran dari pihak lelaki kepada pihak perempuan pada upacara pernikahan.
Di Sumatra Barat, setelah acara akad nikah, pihak perempuan wajib berkunjung ke rumah mertua atau disebut dengan upacara manjalang mintuo, Batandang, mahanta nasi, manyaok kandangatau mahanta nasi katunduakan, mahanta bubue.
Pada upacara ini, pihak keluarga wanita wajib membawa kue yang berbentuk bulat seperti pinyaram (cucur).
Ada pula tradisi maanta juadah, yaitu pihak wanita mengantarkan juadah kepada pihak pria.
Adapun juadah terdiri dari enam macam kue yang salah satunya ialah pinyaram.
Di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, para nelayan biasa mengadakan upacara ritual dan jamuan laut yang bertujuan untuk melindungi nelayan ketika menangkap ikan dan melindungi daerah tersebut dari wabah penyakit.